CHAPTER 23

3.4K 101 0
                                    

Entah hati atau otak yang mendominasi, tapi kuharap keduanya berpartisipasi dalam hubungan ini.
-Revano-

Angin malam menemani langkah kaki milik Revan yang dengan santainya menyusuri koridor rumah sakit. Sesekali ia menyapa perawat atau dokter yang lewat. Terkesan sok akrab, namun itulah prinsipnya.

Mungkin sebagian orang akan merasa konyol ketika menyapa orang yang tidak dikenal. Tapi baginya, saling menyapa itu penting.

Tak jarang ada dokter atau perawat yang menatapnya aneh. Tapi ya sudahlah! Biarkan dia berekspresi sesuka hati 😆

Senyuman pun tak lepas dari bibirnya mengingat kejadian saat Zoya memanggilnya dengan panggilan sayang mereka. Ah, rasanya seperti ada kupu-kupu beterbangan dalam perutnya.

"Malam pak dokter! Semangat!" sapa Revan saat melewati seorang dokter. Dokter tersebut hanya bisa tersenyum tipis sambil geleng-geleng kepala.

"Ma- eh!" Sapaan Revan terpotong ketika bahunya tak sengaja tersenggol oleh seseorang berhoodie hitam.

"Sorry, gue nggak sengaja."

Orang itu hanya mengangguk, lalu kembali berjalan. Revan memandangi punggung orang itu yang semakin menjauh dengan alis yang bertaut. Sempat muncul rasa penasaran ketika tidak mampu melihat wajah orang itu.

Memangnya Jakarta sedingin itu sampai harus memakai hoodie yang menutupi sebagian wajah seperti itu dan pakaian serba tertutup?

Tapi Revan tak memperdulikannya. Mungkin saja orang itu punya penyakit kulit dan malu bila dilihat banyak orang.

Langkahnya kembali membawanya memasuki ruang rawat Zio. Keadaan disana masih sama seperti tiga puluh menit yang lalu. Sosok yang terbaring diatas brankar itu masih betah berada di alam bawah sadarnya.

Hal itu tentu saja membuat gadis cantik yang menunggunya dari tadi semakin murung. Lihat saja. Sekarang Zoya sedang asik melamun dengan satu tangan yang menopang wajahnya. Bahkan gadis itu tidak menyadari kehadiran Revan.

Revan berjalan mendekat setelah meletakkan kantong plastik berukuran sedang yang berisi makanan mereka di atas nakas. Terdapat dua kaleng soda di tangannya.

Tep

Zoya tersentak kaget saat merasakan hawa dingin yang menyentuh pipinya.

“Ngelamun ae neng?" sindir Revan sambil menyerahkan sekaleng soda diikuti kantong plastik berisi makanan kepada Zoya, lalu duduk di samping Zoya.

”Ngagetin mulu kayak mbak kunti," cibir Zoya sambil membuka-buka kantong plastik tersebut untuk melihat apa yang Revan belikan untuknya.

Matanya berbinar seketika melihat satu box es krim rasa coklat family pack yang sangat menggiurkan dibawah dua kotak nasi ayam.

"Ada gituh mbak kunti bela-belain beli es krim malam-malam gini buat pacarnya?" sindir Revan.

Zoya hanya cengengesan tidak jelas seperti anak kecil. Hal itu membuat Revan sekuat tenaga menahan dirinya agar tidak mencubit pipi gadis itu.

”Tapi makan nasinya dulu, baru es krimnya," peringat Revan. Tentunya dia tidak mau Zoya sakit karena makan es krim malam-malam begini. Apalagi cuaca sedang tidak stabil dan pastinya gadis itu akan mudah sakit. Tapi karena Revan ingin membuatnya bahagia, tak apalah sekali-sekali.

Dalam hatinya, Revan berdoa semoga Zio jangan dulu sadar saat Zoya makan es krim. Zio pasti marah besar padanya nanti.

Keduanya mulai melahap nasi ayam masing-masing. Melihat Zoya yang makan dengan lahap seperti anak kecil membuat Revan terkekeh gemas.

My Ice PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang