CHAPTER 43

192 21 3
                                    

Just make it simple
~Zoyana~

HAPPY READING

~ - ~ - ~

Apa kamu pernah sekali aja nganggep Chintya lebih dari teman?”

Deg

“Kenapa aku harus jawab?”

“Karena aku tau, nggak ada persahabatan yang murni antara cewek dan cowok.”

Revan menarik napas panjang. Jemarinya merapihkan rambut Zoya yang beterbangan menghalangi wajah gadis itu.

“Kamu nanya apa aku pernah nganggep dia lebih dari teman kan?” tanya Revan seraya menatap dalam netra gadisnya yang kini tengah menunggu jawabannya.

Zoya hanya mengangguk masih dengan tatapan penuh tanya.

“Ya, aku pernah nganggep dia lebih dari teman. Bahkan sampai sekarang.”

Deg

Zoya spontan melepaskan diri dari pelukan Revan. Sampai sekarang? Lalu Zoya ini apa?

Revan tersenyum tipis menyadari apa yang dipikirkan oleh Zoya saat ini.

She is more than a friend because she is already like my sister. Aku ini saudara dari seorang perempuan. Dan Chintya udah seperti kakak dan adik buat aku. Dulu waktu aku kehilangan ayah, dia seperti sosok kakak yang ngedukung aku. Tapi kadang dia juga bisa bertingkah manja kayak Airin. Dan aku nggak mungkin jatuh cinta sama saudara aku sendiri kan? Intinya, semuanya akan selalu baik-baik aja selagi kamu percaya sama aku. Apapun yang aku lakuin cuman sebatas saudara, nggak lebih dan nggak kurang,” jelas Revan dengan kedua tangan di bahu Zoya dan tatapan dalamnya mengarah lurus ke mata gadis itu.

“So, will you always believe me?”

Matanya terbuka perlahan. Mengeluarkan dirinya dari pusaran lamunan akan kejadian beberapa hari yang lalu. Angin sepoi-sepoi menghampirinya seakan menariknya ke dalam kenyamanan yang sejenak membuatnya melupakan kehadiran sosok lain yang saat ini sedang mengamatinya dari belakang.

“Gimana? Udah tenang” tanya sosok itu memecah keheningan seolah menegaskan kehadirannya.

“Hm,” gumam Zoya.

Fino yang mendapat jawaban dari gadis itu pun memilih maju berdiri di samping Zoya dengan menyandarkan punggungnya di pembatas rooftop.

“Kalau dilihat-lihat, rooftop ini lebih keren dari rooftop SMP kita dulu ya? Pantesan lo seneng pas gue seret ke sini,” ujar Fino seraya menatap ke arah langit.

“Lo nggak mungkin nyeret gue ke sini cuman buat ngebandingin rooftop kan?”

Fino berbalik menatap lurus ke depan melihat jejeran gedung pencakar langit yang seolah bersaing menunjukkan siapa yang paling tinggi.

“Justru gue nungguin lo mikir. Apa lo butuh telinga gue buat dengerin cerita lo atau nggak? Tapi karena udah diungkit, yaudah sekalian aja gue tanya, ada apa antara lo sama Revan?”

Zoya terkekeh sinis sebentar, kemudian menatap lurus ke arah Fino. Fino mencoba mendalami mata itu. Jika dulu yang ia temukan adalah tatapan polos dari dalam mata itu, kini yang ia temukan adalah tatapan berani dan tak terkalahkan. Zoya sudah menjadi lebih dari seorang gadis lemah dan Fino akui itu.

“Gue pernah denger kalimat, jangan pernah certain tentang kegalauan lo ke lawan jenis. Karena mereka bakalan nyiapin 10% solusi dan 90% rencana buat masuk ke dalam hidup lo. Dan sorry banget, gue nggak bakal ngijinin lo masuk lagi karena lo udah lama keluar,” tukas Zoya.

My Ice PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang