CHAPTER 4

6K 214 1
                                    

Happy reading (♡˙︶˙♡)

~ - ~ - ~

"ZOYA!!!" pekik Revan khawatir sambil menepuk-nepuk pipi Zoya mencoba menyadarkan gadis itu, namun nihil! Kelopak mata gadis itu masih setia menyembunyikan mata indahnya.

"Tenang aja, Van. Zoya udah sering kayak gitu." ujar Mey yang mendekati mereka setelah mendengar pekikan Revan.

Revan mengernyit bingung, "Sering?"

"Iya. Zoya itu nggak kuat minum alkohol. Tapi dia selalu minum alkohol sebelum balapan karena dia ngerasa keberaniannya bakal bertambah. Makanya kita nggak heran kalo Zoya bisa ngelakuin aksi nekat kayak tadi. Tapi yah karena dia nggak kuat minum,  biasanya beberapa jam setelahnya dia bakal pingsan. Mungkin karena demamnya belum sembuh total makanya dia pingsan lebih cepat dari biasanya." jelas Key.

Revan menatap Zoya yang terlihat damai dalam dekapannya. Pipinya sedikit memerah mungkin karena dia sedang mabuk. "Kenapa Zoya bisa senekat ini? Apa ini ada hubungannya sama masa lalunya?"

Mey dan Key saling bertatapan seolah memikirkan apa yang harus mereka katakan. "Maaf, Van. Zoya ngelarang kita buat kasih tau siapapun tentang ini. Kak Zio juga minta supaya kita jangan ngungkit soal itu lagi.

Revan pun menyerah dengan banyak pertanyaan yang masih mengganjal di pikirannya. Kenapa masa lalu Zoya harus ditutupi? Kenapa hanya karena sebuah masa lalu, Zoya bisa menjadi gadis yang begitu nekat?

Lamunan Revan buyar ketika Zio datang ke hadapannya,"Ayo kita bawa ke mobil." Revan mengangguk dan melingkarkan lengan Zoya di lehernya, lalu menggendongnya bridal style.

Zio berlari kecil membuka pintu mobilnya agar Revan bisa mendudukan Zoya di dalam mobil.

Mereka semua pun pulang ke rumah masing-masing karena besok masih hari sekolah.

~ - ~ - ~

Waktu sudah menunjukkan pukul 06:17, namun Zoya masih setia dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya menyisakan kepalanya.

Cklek

"Astaga! Na bangun, hey! Nanti telat ke sekolahnya." Zio mencoba membangunkan sang adik dengan menggoyangkan bahu gadis itu.

Zoya yang merasa terusik pun membuka matanya perlahan.

"Yana sakit? Mau Io mintain ijin ke sekolah aja?" Zio mulai khawatir melihat mata adiknya yang agak sayu. Mungkin Zoya kelelahan karena balapan semalam.

"Nggak papa. Io duluan aja. Yana nggak papa kalo telat."

"Bener nih? Yaudah Io duluan."

"Hm"

Tepat pukul 06:30, Zoya baru beranjak ke kamar mandi dan membersihkan diri.

Karena ini adalah hari Jumat, siswa-siswi AHS hanya perlu mengenakan celana jeans hitam panjang yang dipadukan dengan baju kaos berwarna baby blue dengan sablon tulisan AHS di dada sebelah kiri dan tidak lupa name tag yang dikalungkan di lehernya.

Rambut kecoklatannya di biarkan tergerai bebas. Zoya juga memoles wajahnya dengan bedak dan liptint agar tidak terlalu pucat.

Jujur saja, tubuhnya masih lemas. Tapi ia benci kalau harus ditinggalkan sendiri di rumah.

Zoya menatap jam tangan berwarna putih yang melingkar manis di tangan kirinya. Jam sudah menunjukkan pukul 06:57.

Sudah pasti ia akan terlambat. Ia menyambar kunci motor dan tas ransel kecil yang ada di meja belajar.

Zoya memilih naik motor agar lebih mudah melewati kemacetan. Dan lagipula dia tidak sedang memakai rok.

Tidak butuh waktu lama, Zoya sudah tiba di depan gerbang AHS yang pastinya sudah tertutup.

My Ice PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang