CHAPTER 27

2.7K 90 3
                                    

Holaaaa 👋
Yang kangen sama Revan dan Zoya mana nih?
Udah berapa lama ya cerita ini hiatus?
Entahlah
Yang jelas, maaf banget karena udah bikin kalian nunggu lama😅
Dan makasih banyak buat yang rela banget nunggu cerita ini sampe DM dan chat WA aku.
Thank you so much guys untuk kesetiaan kalian 😘
Dah ah, author malah bacot

Happy reading (~_^)

~ - ~ - ~

Dua laki-laki dan dua perempuan berseragam putih abu-abu berjejer rapih di depan salah satu ruangan kelas. Beberapa saat lagi mereka akan menjalani tes yang bukan hanya untuk maju sebagai kandidat untuk membanggakan nama sekolah, tapi juga demi menjaga hubungan yang masih rentan dan rapuh diantara mereka.

Zoya dan Revan berdiri agak memberi jarak dengan Fino dan Thea-siswi kelas sebelas IPA 4 yang dipilih Bu Lena. Revan sengaja memposisikan dirinya di tengah karena tak mau Zoya diganggu oleh rivalnya itu.

"REYA!!!!"

"Pecah gendang telinga gue, kunci Inggris!" kesal Revan sambil mengusap sebelah telinganya yang terasa berdengung mendengar teriakan sepenuh hati dari Key.

Jelas saja, teman-teman laknatnya itu datang dengan keributan yang mengganggu tingkat MAKSIMAL!

"Nih, liat! Key yang paling cantik bawain minuman buat pejuang angka jagoan kita. Baik kan gue?" seru Key seraya menyodorkan sekantung plastik putih berisi dua kaleng soda pada Revan dan Zoya.

Sedangkan Thea dan Fino cukup tau diri untuk tidak ikut campur dalam ruang lingkup Revan dkk.

"Lagak lo ketinggian! Belinya juga pake duit gue," sewot Zio.

"Lah gue yang ngantri biasa aja," timpal Alka.

Yah begitulah perdebatan unfaedah yang terjadi di depan Zoya dan Revan sekarang. Keduanya saling pandang lalu mengedikkan bahu tidak peduli dan mulai meminum soda masing-masing.

Lumayanlah! Siang yang panas ditemani sekaleng soda sebelum berperang dengan soal.

Bu Lena memang memutuskan untuk mengetes mereka setelah pulang sekolah dengan alasan agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar.

Padahal kalau tesnya diadakan pagi hari, Revan pasti akan terbebas dari pelajaran Kimia yang tidak jauh beda dengan matematika.

Seminggu ini pun cowok itu sudah banyak meluangkan waktu untuk belajar bersama Zoya. Banyak yang sudah dia pahami. Apalagi teman-temannya selalu memberi dukungan dalam hal apapun. Salah satu contohnya yah seperti membelikan jajanan dan mencarikan sumber materi di google dan bahkan di perpustakaan.

Kontribusinya memang tidak terlalu.besar, tapi dengan pendampingan yang mereka berikan membuat Revan bersemangat dalam menguasai materi.

Semoga saja nanti hasilnya tidak akan buruk.

"Eh, Van! Ntar kalau lupa rumus, sebut aja nama gue tiga kali. Dijamin otak lo nggak bakal macet. Malah lebih hebat dari oyang gue,  si Albert Einstein," celetuk Key.

"Ye elu mah. Kalau dia nyebut nama lo, yang ada otaknya bakal kekunci rapat. Kagak bakal ada ilmu yang diingat ntar. Mending juga dia nyebut nama Zoya, pacarnya yang otaknya encer," balas Dika.

"Lo juga ogeb, Ka. Kalau ntar gue nyebut nama Zoya, dikira minta contekan dong guenya," ucap Revan sambil kembali meneguk sodanya.

Mereka semua pun tertawa bahkan Zoya yang baru saja meneguk sodanya ikut tertawa mendengar celotehan teman-temannya ini.

Suara langkah kaki yang terdengar membuat perhatian mereka semua teralih kearah sosok  paruh baya yang sejak tadi mereka tunggu.

Bu Lena berjalan dengan penuh wibawa dengan satu map berwarna hijau di tangan kanannya.

My Ice PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang