CHAPTER 9

4.7K 192 5
                                    

Huwaa maafkan author yang nggak update beberapa hari ini 😟
Biasanya kan, updatenya tiap hari. Tapi karena beberapa hari ini author kurang enak badan, makanya updatenya telat, hehehe 😅
Yaudah, author mah bacot.
Happy reading guys 😉

~ - ~ - ~

Canda tawa menggema ditengah kesunyian. Riuhnya air terjun seolah kalah saing dengan sepasang anak adam yang tak henti-hentinya saling mengejar. Dinginnya suhu udara yang menyelimuti mereka seolah tak mampu membungkam keduanya.

"Eh eh udah. Gue capek," keluh Zoya sambil memegang lututnya yang tak kuat lagi untuk berlari.

Revan yang melihatnya pun ikut berhenti berlari dengan napas yang memburu, "Ah, cemen lo!"

"Gue beneran capek, bego! Udah yuk balik. Eyang sama yang lain pasti nyariin." hardik Zoya.

Revan berdecak sebal dan dengan pasrah berjalan perlahan menuju tepi kolam.

Mereka berdua sudah basah kuyup sekarang. Entah berapa banyak yang akan menceramahi mereka di mansion nanti karena bermain di air terjun pagi buta begini.

Baru 2 langkah menginjak tanah, Zoya merasa ada yang aneh dengan kakinya. Tetesan air dingin di kakinya meninggalkan rasa perih di sana. Dia meringis ketika menyadari bahwa kakinya terluka.

Revan yang mendengar ringisan Zoya pun berbalik dan mendapati gadis itu sedang melihat tumit kaki kanannya, "Lho, kaki lo kenapa?"

"Ck, mata lo liburan kemana? Kaki gue luka, nih!" sebal Zoya. Cowok itu tidak rabun, kan? Masa dia tidak bisa melihat luka itu?

Tanpa memperdulikan omelan Zoya, Revan mendekat dan melihat goresan di kaki Zoya,"Pasti kegores sama batu pas kejar-kejaran tadi, nih. Lo bisa jalan?"

Zoya mengangguk ragu. Memang rasanya cukup perih. Tapi gengsinya mengatakan bahwa dia pasti bisa berjalan sampai ke mansion.

Baru 2 langkah, Zoya kembali meringis kesakitan. Revan yang menyadari itu berdecak sebal. Bagaimana tidak? Gadis itu tau kalau kakinya sakit, tapi tetap saja mementingkan gengsi. Revan tetap membiarkan Zoya berjalan sendiri. Dia ingin melihat bagaimana gadis itu bertahan.

Dan benar saja dugaannya. Baru selangkah, gadis itu sudah meringis lagi. Cukup sudah.

Tanpa aba-aba, Revan menggendong Zoya bridal style.

Iris coklat milik Zoya melebar seketika karena mendapat perlakuan seperti ini dari Revan secara mendadak.

"Apaan sih, lo! Turunin gue!" titah Zoya sambil memukul-mukul dada bidang Revan.

"Masih mentingin gengsi lo? Udah deh! Gue tau kaki lo sakit. Jadi diem aja," sebal Revan.

"Tapi nggak usah pake gendong juga, kan? Lo bisa bantu gue jalan sampe mansion."

"Lo pikir nanti kita bisa cepet sampe mansion? Cantik-cantik bego lo."

"Ap-"

"Satu kata lagi, gue cium," ancam Revan.

"Najis!"

"Lo nantang gue?"

"Najis tau ng-"

Cup

Bibir Revan mendarat sempurna di pipi Zoya membuat matanya membulat sempurna. Hanya dalam beberapa detik, Revan melepas ciumannya dan tersenyum puas melihat rona merah yang menghiasi wajah gadis itu.

"Cie blushing." goda Revan masih berjalan dengan Zoya dalam gendongannya.

Zoya yang sudah diselimuti perasaan malu pun memalingkan wajahnya, "Ish! Rese banget sih lo."

My Ice PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang