Bonus Chapter V

355 33 6
                                    

Setelah menikah, Yeji paham rasanya kenapa Taeyong dulu jadi ayah yang protektif—terlebih untuk si bungsu Wonyoung. Punya anak tuh, rasanya kepikiran mulu. Walaupun udah kasih kepercayaan bahwa anak bisa jaga diri dengan baik, tetap aja ada rasa khawatir. Kayaknya sifat protektif Yeji nurun dari papanya.

Kalau Yeonjun sepertinya masuk tipikal American parents. Gak strict. Beda jauh sama Yeji.

Anggapannya, kalau Aera butuh bantuan untuk urusan daily life Yeji otomatis jadi temannya. Beda hal kalau Aera butuh sesuatu yang konteksnya kesenangan, pasti datangnya ke Yeonjun.

Tapi sejauh ini, walaupun Yeonjun yang jatuhnya lebih sering seneng-seneng sama Aera, balita itu gak terlihat pilih kasih. Ini konyol tapi setiap bulan Wonyoung reguler tanya ke keponakannya itu, "Kamu anaknya Ayah atau Buna?"

Tanpa ragu Aera jawab keduanya. Dia menolak untuk memilih satu di antara keduanya. Wonyoung sampai pernah dimarahi Taeyong karena kebiasaan bertanya begitu. Orang tua itu satu kesatuan, gak bisa dipilih salah satu.

Jadi, mari kita ulas keluarga ini.

Bekerja di perusahaan event organizer membuat jam kerja Yeji fleksibel. Fleksibel ini bisa punya arti positif dan negatif.

Positifnya sih kalau mau pulang atau ajak-ajak main Aera gak begitu pusing. Yang pusing adalah kalau dimarahin Yeonjun karena balik ke kantor di jam-jam malam. Atau mungkin ada meeting sama klien yang vibe-nya cukup santai jadi lebih sering sore atau malam. Belum lagi kalau Yeji ikut turun ke lapangan. Maka jam kerja yang katanya fleksibel ini bisa diartikan Yeji kerja seharian.

Ya mending kalau event-nya siang sih. Kalau enggak?

Tapi syukurnya Yeonjun dan Yeji benar-benar turun tangan langsung untuk mengurus buah hatinya, tanpa babysitter atau orang asing. Yang bantu jagain juga banyak. Yeji punya keluarga yang open banget, Heejin atau Seulgi. Heejin juga pekerjaannya gak seekstrim Yeji jadi masih sering bantu-bantu. Seulgi juga sering di rumah, tapi Yeonjun agak mewanti-wanti biar anaknya gak terlalu dekat dengan sang nenek.

Karena nenek terbiasa memanjakan cucunya, terlebih Aera cucu pertamanya?

"Kakak gak mau pulang. Dia mau nginep di tempat Mama lagi," ucap Yeonjun yang terdengar dari speaker hape Yeji.

Wanita itu tengah mengapitkan hapenya di antara telinga dan bahu, karena kedua tangannya sibuk mengoraginisir kertas-kertas juga map.

"Lho, kenapa? Minggu ini dia udah nginep di rumah Mama dua kali. Gak boleh ah, Jun."

"Iya aku juga gak ngebolehin, dia malah ikut-ikutan marah sama aku."

"Emang dia lagi marah sama siapa? David?"

"Kamu. Katanya dia lagi marah sama kamu, dia gak mau ketemu kamu. Kamu ada salah sama Kakak, Yang?"

Gerakan tangan Yeji terhenti. Kedua alis di wajahnya terlihat menukik tajam. "Dia marah sama aku?"

"Iya, dia bilang sendiri ke aku. Kamu punya salah sama Kakak deh kayanya."

"Tapi tadi siang masih baik-baik aja anaknya ke aku. Kenapa ya?"

"Ya gak tau. Kamu mau samperin ke sini gak? Atau masih lama urusannya?"

"Sebelum maghrib aku udah di rumah Mama. Kamu disitu aja deh, kalau jemput aku kayaknya gak keburu sama macet."

"Ya udah, gak usah buru-buru juga, Sayang. Hati-hati ya," tutur Yeonjun lembut.

"Iya, kamu istirahat dulu aja di atas. Maaf ya, Aera jadi ikut marah-marah ke kamu."

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang