22;

309 41 0
                                    

"Ih pinter banget ide kamu tumben!" seru Yeji keras setelah mendengar cerita adiknya perihal meminta liburan ke luar kota.

"Berisik!" sungut Wonyoung. "Mba dong yang minta, pasti Papa bolehin deh. Bilang aja minta kado."

Yeji berpikir sebentar. "Tapi, Dek. Kemarin Mba sama Mas-mu udah dikasih kado masing-masing sama Papa. Masa minta lagi?"

Wonyoung hendak mengeluarkan alasannya lagi tapi terpotong. "Kemarin juga traktiran pure pakai duit Papa semua. Gak enak ah minta liburan," potong Yeji.

"Ihh, kan bisa pakai duit sendiri Mba. Minta ijin aja gak usah minta duit." Wonyoung menatap lekat kakaknya penuh harap. Dibalas tatapan meledek oleh Yeji. Matanya melirik adiknya tak percaya, dengan bibir mencebik. "Heleh, mana mungkin."

"Serius!" Menampilkan v line oleh jarinya sebagai tanda jaminan.

"Tanya Mas-mu aja sana, Mba nurut aja oke?"

Oke, Wonyoung's mission: failed.

Bahu gadis itu langsung merosot lesu. Tak lupa dengan raut wajahnya yang sudah berubah seratus delapan puluh derajat. Langsung pergi dari kamar sang kakak tanpa mengucapkan apa-apa. "Gak usah sok-sokan ngambek kamu!" teriak Yeji lalu terkekeh senang.

Seulgi sendiri ikut mendengar teriakan Yeji dari meja makan. Wanita yang tengah memakan ayam geprek itu pun lantas melihat anak bungsunya yang terlihat lesu menuju ruang TV. "Kenapa, Dek?" tanyanya penasaran. Masih dengan sambil menyantap ayam geprek level enam-nya.

Wonyoung terjatuh duduk tepat di tengah sofa, tidak menghiraukan pertanyaan ibunya. Meraih remot lalu menyetel kanal CN untuk ditonton. Yang Seulgi yakin, pasti Yeji lagi gak di pihak Wonyoung saat ini. Semua rasa penasaran itu pun terjawab tak lama saat Wonyoung teriak.

"Mama, Wonyoung beneran pengen liburan!" teriaknya histeris. Masih dengan posisinya terbaring menghadap TV. Sedangkan Seulgi hanya membulatkan mata kaget, tapi mulut masih mengunyah.

"Iyaa bilang ke Papa lah, Dek," sahut Seulgi.

Wonyoung berbalik menatap Seulgi tidak santai. "Mama memang gak memberi jalan keluar sama sekali," ucapnya jutek.

Karena sulung mendukung ide liburan Wonyoung, akhirnya wacana akan dilaksanakan. Hari Jum'at pekan ini tanggal merah karena bertepatan dengan hari lahir Pancasila. Maka saat itu juga lee kiddos dengan pasangan masing-masing pergi berlibur ke Yogyakarta.

Kenapa Yogyakarta?

"Dek, Surabaya gak ada apa-apa ah," keluh Yeji—berani berkomentar karena merasa berpengaruh dalam berhasilnya rencana liburan kali ini.

"Bener-bener, diomelin orang Surabaya baru tau rasa aja Mba," sungut Wonyoung. "Lagian Yogya kan kemaren udah."

"Gak apa-apa, kurang puas muter-muternya kan kemarin cuma tiga hari," ujar Yeji.

Wonyoung beralih menatap Hwall. Kalau dianimasikan, mungkin ada laser merah keluar dari mata Wonyoung. "Mas?"

Hwall diam sebentar, planga-plongo menatap kedua adiknya bergantian. "Mas gak mau kalau ke Surabaya, lebih jauh."

Wonyoung mengerang kesal. "Kan sama-sama naik pesawat! Nyebelin."

"Kalau gak jadi ikut gak apa-apa, cancel aja tiketnya masih bisa."

Akhirnya Wonyoung pergi meninggalkan kedua kakaknya yang sedang di dapur, karena berkumpulnya tiba-tiba. Yeji juga lagi rapih mau pergi, sedangkan Hwall ambil air minum. Wonyoung lari aja sesuai intuisi setelah dikasih tunjuk screenshot-an tiketnya yang dikirim Yeonjun.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang