28;

224 32 0
                                    

Beberapa hari kemudian, baik dari pihak Yeonjun maupun Yeji sudah sepakat untuk menggelar acara pertunangan sebulan kemudian. Gak muluk-muluk Yeji seneng banget akhirnya bisa pakai cincin lagi setelah sekian lama--terlebih ini cincin tunangan. Rencananya gak digelar meriah-meriah karena kesannya ingin sederhana aja. Bahkan sebenarnya gak ingin dibuat acara tapi Seulgi rasa gimanaaa gitu kalau gak ada. Yoona juga sepakat dengan opini Seulgi ini.

Yeonjun menghubungi Yeji, bilang kalau besok sore mau diajak ke suatu tempat katanya. Yeonjun misteri-misteri begini Yeji merasa aneh banget, biasanya juga blak-blakan to the point.

"Gimana progress acaranya?" tanya Hwall tiba-tiba saat menyambar mug kecil di atas meja makan. Yeji yang sedang mengunyah Fettucini langsung melirik. Lalu mengangguk-angguk sambil berusaha menelan makanannya. "Lancar mungkin, gue mah nunggu laporan Mama sama tante Yoona doang. Mana ngurusin gue," ucap Yeji bodoamat.

"Katanya gak suka yang creamy-creamy, apaan tuh makan Fettucini?" sindir Hwall setelah meneguk airnya. Terpicu karena ingat sewaktu itu Yeji bilang anti banget sama pasta creamy.

"Dikirimin ini sama Somi, ibunya jualan," jawab Yeji sekenanya. Males banget lagi enak-enak makan hmmm.

"Enak ga? Kok gue baru tau sih." Tangan Hwall bergerak mencomot sendok yang ada di genggaman Yeji lalu menggulung pasta di depannya, dimasukkan ke dalam mulutnya. Indra pengecapnya langsung bekerja dengan sangat baik.

Ngerti ga presensi alis langsung naik terus mata melek dengan keadaan mengunyah? Kalau animasi pasti langsung ada kembang api keluar dari kepala Hwall. "Mmmm! Enak banget," seru Hwall lalu mengambil kotak mika di sampingnya. "Yeeu! Gak usah maruk dong anjir."

Hwall masih asik memasukkan pasta ke dalam mulutnya. Sementara Yeji meneguk air dari mug yang baru aja Hwall pakai. "Ini kalau dikirimin begini tuh harusnya gue promosiin di sosmed gak sih? Gak tau apa-apa nih gue."

"Ya biasanya sih begitu, tanya Somi lah," ujar Hwall. "Udahlah lo abisin aja, masih ada satu lagi di kulkas. Jangan dimakan, buat Mama!" Yeji melipir ke kamarnya untuk mengambil beberapa barang. Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore jadi bisa Yeji perkirakan Yeonjun sebentar lagi sampai.

"Gue pergi dulu, lo jangan lupa jemput Adek. Nanti bagi-bagi tuh jangan maruk," pamit Yeji yang sudah siap menyampirkan totebag di bahunya.

Ia berasumsi kalau Yeonjun mau ajak dia bukan ke tempat yang ramai. Takutnya salah kostum, jadi dia cuma pakai hoodie dan bawa totebag hitam.

Di perjalanan, Yeonjun diam-diam aja gak kasih tau apa-apa. Yeji merasa clueless banget kalau begini, gak suka dia. Yeji pun mulai pembicaraan. "Mau kemana sih? Sok misterius banget kamu," sungut Yeji. Dibalas ketawa doang sama doi. Suara radio yang mengudara jadi kalah sama suara ketawa Yeonjun.

Receh banget buset.

Yeji jadi ikut ketawa kalau denger pacarnya ketawa, karena virus banget hahaha. "Apasih? Kok malah jadi ketawa?"

"Gak apa-apa, tinggal tungguin aja lagi. Ini bentar lagi sampai," ujar Yeonjun. Yeji pasrah mengangguk-angguk. "Eh iya, tapi jangan kaget ya aku ajak ke tempat ini. Responnya biasa aja, oke?" peringat Yeonjun. Gak bisa nih begini, Yeji makin penasaran.

Sesampainya di tempat tujuan, Yeji langsung terdiam. Karena di penglihatannya saat ini, terpampang jelas gapura bertuliskan tempat pemakaman umum.

Oh, Yeonjun mengajak bertemu kedua orangtuanya.

Ditengoknya sang lelaki yang dengan raut wajah haru sedang memperhatikan gapura di hadapannya. "Terakhir kali kesini, gapuranya masih warna biru coklat," ucapnya.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang