37;

223 38 0
                                    

"Ke bakery sekarang," titah Yeji yang baru saja mendaratkan tubuhnya di atas jok mobil belakang. Disusul Wonyoung menutup pintu mobil cukup kencang hingga menimbulkan suara keras. Bayi yang tengah dalam dekapan Yeji itupun tersentak.

"Adek," omel Yeji dengan tatapan yang mengintimidasi.

"Iya maaf."

Hwall dan Heejin bersamaan menatap bayi itu. Namun tatapan Hwall segera beralih menuju netra Yeji, "Kok ke bakery? Mama di rumah sakit 'kan?"

"Iya, gue ceritain nanti ya. Sekarang ke bakery dulu," jawab Yeji.

"Why bakery?"

"Because there some problem happen in bakery and Papa told me to fix it first . Uti sama Eyang Kakung juga on the way kesana, buat bawa Adek sama Adek—Wonyoung maksudnya, duh jadi bingung mau manggil Wonyoung gimana, adeknya ada dua!" Yeji kelimpungan sendiri.

Beruntungnya Yeji kini sudah siap rapih, alias sudah sempat mandi tadi setelah makan. Jadi dirinya gak berasa malu-malu amat.

Tanpa pikir panjang Hwall pun menuruti apa kata Yeji. Walau dia sendiri masih bingung dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Pula, Heejin yang saat ini masih di sebelahnya.

David sudah berusia sekitar lima minggu, jadi sah-sah aja kalau adek bayi ini dibawa pergi-pergi sama Yeji, walaupun masih ada rasa was-was. Karena menurut ajaran keluarganya bayi yang kurang dari usia sebulan gak boleh dibawa pergi-pergi selain untuk pemeriksaan rutin.

"Sorry for interrupting your date, Heejin. Gue gak bermaksud menganggu kok, cuma lagi kepepet aja, gue gak bisa percayain Wonyoung untuk nyetir motor ngebawa gue dan Adek."

Yeji merasa bersalah.

Heejin cepat-cepat menoleh. "Huh? Enggak kokk, santai aja Yeji. Emang kaget sih tadi but it's okayy, family first, right? Gue sama Hwall bisa jalan lagi kapan-kapan," elak Heejin.

"Ooh Kak Heejin sama Mas Hwall lagi tiga tahunan ya? Wonyoung baru inget," ceplos Wonyoung menimbrung.

Heejin mengangguk sembari tersenyum. "By the way, kamu udah bisa nyetir motor?"

Badannya seketika tegak, dengan antusias Wonyoung mengiyakan. "Iyaa, aku udah bisa nyetir motor sendiri sekarang. Mba Yeji aja yang gak mau percaya sama aku."

"Sejak kapan?"

"Eumm, lumayan. Sebelum ujian akhir aku udah bisa bawa, cuman gak dibolehin pergi kemana-mana sendiri. Tau gak sih Kak, alasan aku belajar motor selain gabut tuh ya biar bisa ke sekolah sendiri, kemana-mana sendiri. Toh Jisung udah gak anter-jemput aku lagi kan," curhat Wonyoung.

"Eh malah ga dibolehin ya wkwkwk," ejek Heejin sambil terkekeh.

Setelah sepuluh menit menempuh perjalanan, mereka pun sampai di toko pastry milik Seulgi itu. Terlihat mobil hitam mengkilap terparkir persis di halaman depan toko. Dapat dipastikan Jessica dan Donghae ada di dalam sekarang.

Yeji menghembuskan nafas lelah. "Hwall, gantian gendong Adek berani gak lo, pegel banget bahu gue," keluhnya.

Hwall melirik. "Apa-apaan, gue bisa gendong bayi juga enggak," sengitnya.

Pasrah, Yeji pun langsung berjalan keluar setelah pintu terbuka dibantu oleh Hwall.

"Uti," panggil Wonyoung lalu memeluk neneknya.

"Heyyy, kalian okay?"

"Aku gak tahu apa-apa, baru dateng terus disuruh nyetir kesini. Ini sebenernya Mama kenapa sih, Uti? Papa udah tau?" cemberut Hwall. Rentetan pertanyaan keluar dari mulut Hwall secara lancar.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang