O1;

2.4K 174 2
                                    

Pagi itu, hari Senin. Di mana kebanyakan orang lagi sibuk-sibuknya untuk memulai kehidupan. Begitu juga dengan Seulgi, yang sudah berada di ruang keluarga dengan handphone di tangan kanannya. Ibu jarinya bergerak naik turun di layar hadapannya. Niatnya bangun pagi-pagi karena mau masak sarapan yang beda. Kemarin ngelihat resep baru di majalah, tapi zonk. Ternyata bahan makanannya gak tersedia lengkap.

Ya sudah.

Berujung rebahan sambil liat handphone, mencari resep yang tetep beda, tapi bahannya cukup. Tapi... ada tapinya lagi. Berujung ibu tiga anak itu chilling di sofa, rebahan, scrolling timeline Instagram.

Padahal ini hari Senin dan udah mau jam lima, tapi Seulgi belum nyentuh alat dapur apa-apa. Sedangkan anggota keluarga yang lain juga belum ada yang ia bangunkan. Suara pintu kebuka tiba-tiba terdengar ke telinga Seulgi. Ia melirik sebentar ke arah sumber suara tanpa noleh. 

Hwall jalan ke ruang keluarga, menemukan mamanya yang lagi bersantai-santai. "Ma, lagi ngapain disini?" tanya Hwall langsung. Karena merasa aneh, jarang sekali mamanya di ruang keluarga pagi hari gini. Seulgi masih di posisi yang sama. "Lagi rebahan, Mas."

Hwall lanjut jalan ke dapur buat ambil minum. A good habit that belong to the Lee family. Setelah meneguk satu gelas air putih, ia lanjut ke kamar mandi untuk cuci muka dan menggosok gigi. Tiba-tiba mamanya menyahut, "Nanti tolong bangunin Papa sama Adek ya, Mas."

Hwall pun menjawab dengan anggukan sambil menyahut, "Iya, Ma."

Seulgi lanjut menyalakan televisi yang ada di hadapannya. Mencari channel yang sedang memutar playlist lagu, lalu dihubungkan dengan speaker. Ia pun mulai berjalan ke dapur, membuka kulkasnya, melihat isinya. "Masak nasi goreng aja deh."

"Pa, bangun."

Adalah kalimat pertama yang Hwall ucapkan sebagai usaha membangunkan Papanya. Tanpa kontak fisik apapun, karena dia yakin itu ga perlu. Dan bener aja, lima detik kemudian Papanya udah menyahut, "Iya."

Hwall lanjut mengancam, "Bangun ya, Pa. Mama lagi mode mager kelihatannya."

Ya sebenarnya tanpa diancam pun Taeyong bakalan bangun. Ini keluarga emang udah dididik biar serajin itu. Ya kalau pun engga rajin, mereka pasti ketularan rajin dari anggota keluarga yang lain.

"Hmm."

Hwall turun ke bawah, lapor ke Mamanya kalau Papanya udah berhasil dibangunin. Udah pakai hormat segala itu laporannya, eh malah lupa kalau adiknya yang satu belum dibangunin. Zonk.

Balik lah dia ke atas, menuju kamar si bungsu. Kali ini harus diketuk dulu, baru berani masuk.

"Dek," panggilnya kalem dari luar kamar. Tapi gak ada sahutan dari dalam. Akhirnya di masuk, mencolek bahu adiknya yang lagi memeluk boneka Olaf.

"Dek, bangun yuk. Hari Senin nih, kamu upacara," ucapnya lembut. Soft sekali uwu.

Wonyoung cuma merespon anggukan kecil. Matanya masih mengatup sempurna. "Jangan lama-lama meremnya, udah jam lima. Nanti keburu Jisung datang, kamu belum siap," ingat Hwall.

"Iya, Masss."

Oke, misi berhasil. Hwall turun ke dapur lagi, laporan lagi sama Mamanya. Report accepted. Maklum, cita-cita polisinya gak tercapai, jadi kayak gini.

Ia balik ke kamarnya untuk beres-beres, dan mau ngerjain tugas yang dikasih dosennya semalam. Mandi mah belakangan, anak kuliah kan bebas.

Wonyoung sama Taeyong udah bangun. Mereka berdua lagi ada di kamar mandi. Papa siap-siap ngantor, Adek siap-siap berangkat sekolah. Mama Seulgi udah selesai dengan urusan dapurnya. Jadi dia sekarang duduk santai nonton TV di ruang keluarga, lagi.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang