24;

274 36 0
                                    

Hari kedua mereka putuskan untuk photo edition. Tentu saja yang memelopori adalah Yeji dan Heejin, karena Wonyoung pribadi foto dimana aja jadi. Gak terlalu memikirkan nilai estetikanya, yang penting terlihat cantik dan serasi. Destinasi pertama di pagi menuju siang ini adalah Candi Prambanan. Tahu sendiri bukan betapa terkenalnya tempat itu? Bahkan bisa dibilang wisata wajib saat berlibur ke Yogyakarta.

Dengan tarif empat puluh ribu rupiah perorang, mereka berenam puas mengelilingi komplek candi tersebut. Yeji dan Heejin tentu saja takjub, semua spot bisa banget difotoin. Angle-nya bagus semua! Foto-foto yang mereka dapat juga bagus karena selalu tersenyum lebar. Gimana enggak, senang banget bisa foto dimana-mana.

Yeonjun yang bawa kamera selaku fotografer pun gak ketinggalan mengikuti kedua gadis itu jalan-jalan cari spot foto. Selalu siap sedia pokoknya. Hwall bagian jadi penonton doang. Tapi tentu diajak foto lah, sama Heejin dong.

Kalau Wonyoung dan Jisung fokus baca filosofi dan sejarahnya bangunan itu ada. Jisung doang sih yang begitu, Wonyoung gak begitu minat. Tapi cukup takjub sama bentuk-bentuk candinya. Masih gak percaya tempat ini dibangun tahun delapan ratus masehi. "Bikinnya pakai apa ya?" monolognya.

"Ya pakai perkakas lah, By. Masa pakai alat cocok tanam," celetuk Jisung. Wonyoung menoleh gak suka. Bukan itu jawaban yang ia mau. "Ya aku tau! Tapi, tahun segitu alat bangunan, kan belum secanggih sekarang. Even dibuat sekarang aja mungkin selesainya bakal bertahun-tahun. Orang jaman dulu pakai kekuatan magis ya?"

"Mungkin, arsiteknya raja Medang kalau gak salah." Wonyoung pun kembali menelusuri bangunan indah tersebut.

"Jisung! Sini," panggil Yeonjun. Jisung langsung menghampiri sambil menarik tangan Wonyoung tiba-tiba—takut hilang kalau ditinggal. "Kenapa, Mas?"

"Sini-sini, foto berenam. Kamu berdiri sebelah Hwall aja disitu," ucap Yeonjun sembari menyerahkan kamera lensanya kepada salah satu tour guide. Keenam remaja itu berbaris, menampilkan senyum lebar tanpa beban.

"Satu dua tiga, keju!" seru lelaki itu.

"Keju!"

Setelah puas mendatangi Candi Prambanan dan Museum Affandi, akhirnya saat malam mereka pilih jalan-jalan ke Monumen Tugu. Sekalian jajan cemilan khas Jogja, karena ini Jum'at malam jadi pasti ramai. Niat foto-foto tentu aja ada, sudah menjadi bagian dari diri perempuan. Karena setau Heejin juga Monumen Tugu ini bagus banget view-nya kalau di malam hari.

"Masalahnya, gimana cara kamu mau foto disana?" tanya Hwall kesal. Heejin gak pusing-pusing untuk jawab, "Ya berdiri di tengah lah, aku nyebrang kesana. Kak Yeonjun fotoin aja dari sini."

Hwall memutar bola mata malas. Yeji gak begitu antusias, kali ini malah Wonyoung. "Sama aku, Kak Heejin foto disananya sama aku aja," Wonyoung mengajukan diri.

Baik Hwall, Yeji dan juga Jisung gak berpikir ini ide yang bagus. Cuma yang kelihatan protes menunjukkan ketidaksukaannya itu Hwall doang. "Nggak, itu tengah rame banget. Ini tuh jalan raya, perempatan. Tau kan berarti gimana ramenya?" protes Hwall.

Yeonjun sendiri masih memantau, sembari sesekali capture view daerah sini.

"Iih sebentar doang, dua kali take ajaa habis itu udah balik lagi," bujuk Heejin.

"Nggak, Heejin."

Mutlak. Heejin mengangguk tanda setuju sementara Wonyoung mengulum bibirnya pelan. "Ya udah, ke angkringan dong. Wonyoung laper," pinta Wonyoung. Alhasil dituruti kemauannya, jalan-jalan cari angkringan terdekat. Gak perlu waktu lama, sudah ketemu lah tempat itu.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang