48;

223 34 3
                                    

Hwall gak tahu ibunya ada dimana sekarang. Apalagi nomor Seulgi dihubungin tapi gak tersambung-sambung. Dia pun memutuskan buat bilang ke Papanya dulu, jaga-jaga aja. Sekarang tepat di sebelahnya, ada Heejin yang berjalan dengan pandangan mata kosong.

Keduanya tengah berjalan menuju parkiran, suasana rumah sakit cukup sepi hingga memunculkan rasa canggung di antara keduanya. Heejin masuk ke dalam mobil disusul Hwall. Saat Hwall tengah sibuk dengan seatbelt-nya, Heejin tiba-tiba bersuara.

"Hwall.." lirihnya.

Gerakan tangan Hwall membeku sebentar, lalu dengan acuh ia menyahuti panggilan pacarnya. "Hmm."

"Mau ngomong."

"Ngomong apa." Hwall benar-benar terlihat ketus di mata Heejin sekarang.

"Tadi, aku kan suruh kamu tunggu sebentar. Aku mau ngomong itu sekarang."

"Then go ahead."

Heejin menyayangkan sikap Hwall yang dingin disaat dia ngomong. Heejin kangen Hwall yang soft cuma buat dia. "Tapi malu.." cicit Heejin sembari menunduk.

Lelaki yang sudah siap mendengarkan cerita Heejin itu jadi keheranan. "Pardon? Malu???"

Heejin mengangguk kecil.

"Ngomong, Jin. Kamu mau buat aku nunggu berapa lama lagi?"

"Ya sambil jalan dong ayo kamu nyetir."

"Nanti kalau aku marah atau kaget sama pernyataan kamu, terus nabrak gimana?"

Heejin menciut. "Yaudah biasa aja sih..."

Mengesampingkan rasa gengsinya Heejin pun mulai berbicara. "Kamu inget terakhir kali kita jalan kapan, Hwall? Sebenernya kejengkelan aku semakin bertambah semenjak itu."

"What? Berarti kamu udah nyimpen kejengkelan kamu dari lama? Bahkan sebelum date itu?" Hwall menatap pacarnya tidak percaya.

Heejin mengangguk.

"Firstly, don't you dare to laugh or tease me. Aku malu banget sumpah!" pekik Heejin beneran malu karena sekarang mukanya udah tertutup telapak tangan sempurna. Hwall ngelihat telinganya Heejin aja udah merah.

"Buruan, Heejin."

Heejin tarik nafas dulu, menetralkan detak jantungnya. "Waktu itu, aku lagi kangen-kangennya sama kamu. Lebih ke ingin quality time sama kamu, tapi kamu sibuk banget sama urusan kuliah juga pertemanan kamu. Sampai aku mikir, Yeji yang ikut organisasi aja masih sering kelihatan sama Yeonjun, kok kamu malah jarang banget ketemu aku? At this point, you get it?"

Hwall mengangguk.

"Terus aku merasa kamu tuh terlalu loyal sama temen-temen kamu, Hwall. Oke loyal, tapi kalau sampai kamu gak bisa luangin waktu buat aku, ya aku juga kecewa. Disitu aku mulai ngerasa aku tuh gak masuk prioritas kamu."

Hwall ancang-ancang membantah pernyataan Heejin itu tapi sempat Heejin cegah. "Jangan potong penjelasan aku dulu." Oke Hwall nurut.

"Terus pas date anniv itu, aku jadi tambah jengkel pas tahu kamu sememprioritaskan itu soal keluarga. I mean, maybe this isn't fair cause yea... I can never compare myself with your family. It totally can not. Tapi karena emang aku terlanjur jengkel, aku jadi kebawa emosi juga. Aku gak suka, Hwall. I know that's ridiculous."

"Yes, you really are," balas Hwall tegas. Heejin hembus nafas pasrah. "Terus?"

"Terus?" tanya Heejin kebingungan. Apa maksudnya kok malah minta terus-terus.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang