5O;

242 34 1
                                    

Malam minggu, Taeyong ngajak rapat dadakan semua anak-anaknya. Termasuk si bayi kecil David. Jam sembilan tepat seluruh keluarga kecuali Seulgi itu, berkumpul mengelilingi meja makan. Yeji yang lagi kebagian mengasuh David malam itu pun akhirnya duduk sambil memangku David yang lagi asik gigit-gigit mainan karet gigitannya.

Gigi David udah tumbuh empat loh teman-teman.

"Ada apa ngumpul-ngumpul begini?" tanya Hwall to the point. Soalnya aneh aja malem-malem ngajak kumpul.

"Inget gak kalian besok hari apa?" Alih-alih menjawab Taeyong malah memberikan pertanyaan.

"Hari.. Minggu?" jawab Wonyoung clueless. Ya karena emang clueless apa banget pertanyaannya kan jawabannya luas.

"Ya bener sih.. tapi pasti bukan itu yang Papa maksud," ujar Yeji.

Taeyong menjentikkan jarinya puas. "Pinter! Pantes kamu jadi anak Papa."

Ketiga anaknya serentak memutar bola mata malas. "Udah sih Pa, to the point ayo mau ngomong apa."

Taeyong pun menegakkan posisi duduknya, lalu beralih menatap anaknya satu persatu. Sengaja biar terlihat misterius. "Hari Minggu besok Papa sama Mama anniversary ke 21 tahun, gak inget?" ucapnya pelan.

Taeyong mengantisipasi reaksi anak-anaknya. Tapi yang kelihatan excited cuma Yeji. "Demi apa besok? Ih hebat juga Papa bisa 21 tahun," seru Yeji yang entah bisa disebut pujian atau bukan.

"Ya hebat lah, Mama kalian kan cuma bucin sama Papa."

"Iya-iya terserah, terus tujuan Papa ngumpulin kita disini apa? To the point donggg, Mas udah ngantuk," Hwall protes karena Papanya basa-basi terus.

"Oke-oke dengerin. Tahun lalu kan ada insiden Papa lupa sama tanggal pernikahannya, pas-pasan Mama lagi hamil Adek jadinya lumayan kan tuh ngambeknya. Untungnya Papa udah buat pengingat di hape Papa, jadi sekarang gak ada insiden-insiden begitu lagi," jelas Taeyong.

Menanti respon anak-anaknya tapi ternyata cuma pada diem. Hwall malah menaikkan kedua alisnya dengan sedikit menunduk—seolah-olah merespon 'iya terus??'.

Taeyong pun lanjut lagi penjelasannya. "Jadi walaupun udah 21 tahun, keromantisan Papa gak bakal meluntur karena—"

"Iya Papaaaaaa, langsung aja bilang Papa mau kita bantuin apa buat besok. Gak usah muter-muter Wonyoung malah bosen jadinya," omel Wonyoung. Taeyong tiba-tiba bersyukur banget punya anak-anak yang ngerti tanpa harus dijelasin ribet-ribet.

Tingkat kepekaannya tinggi ya.

"Oke! Langsung aja ya, Papa minta tolong sama kalian buat besok seharian gak usah kemana-mana di rumah aja. Momong David juga ya, udah itu doangg, bisa?"

Anak-anaknya mengerutkan dahi bersamaan. Termasuk David yang terdistrak dari kegiatan gigit mainannya. "Please please please, ini dadakan banget tapi Papa aja belum tau besok mau kasih Mama apa."

"Apa maksud 'belum tau besok mau kasih Mama apa'? Papa belum punya rencana gitu?"

Taeyong menggeleng pasrah.

"Kayak yang begitu kok dibilang romantis, adu sama Yeonjun Papa mutlak kalah," ceplos Yeji. Taeyong jadi mental breakdown.

"Ya lagian akhir-akhir ini lagi hectic banget Papa gak kepikiran apa-apa. Ini kalau gak buat pengingat di hape juga kayaknya Papa lupa lagi..."

Wonyoung menopang dagunya putus asa sambil berkata, "Ya what do you expect from Papa... Aku popda aja lupa." Ngomong begitu ternyata bertujuan nyindir juga karena rasa dendam Papanya lupa anaknya ikut seleksi popda.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang