4O;

252 34 6
                                    

Besok pagi Taeyong terpaksa cuti kerja. Seulgi udah bisa ditinggal sendiri maupun sama orang lain, tapi sayangnya keluarga belum ada yang bisa datang.

Hwall dan Yeji tentu ngampus, Wonyoung sekolah. Jessica mengurus David di rumahnya-yang artinya gak mungkin banget Jessica ke rumah sakit. Seulgi masih belum mau ketemu David.

Selepas bersih-bersih badan dan packing kebutuhannya Seulgi, Taeyong langsung balik ke rumah sakit lagi. Dia nginep di rumah sakit. Aslinya Taeyong ngantuk banget, capek fisik seharian lumayan bolak-balik. Sedangkan Seulgi bingung mau ngapain karena gak ngantuk sama sekali. Dia udah tidur sekitar sembilan jam hari ini, udah capek tidur terus. Terpaksa Taeyong tahan dulu rasa ngantuknya untuk sekedar nemenin Seulgi.

"Capek gak?" tanya Taeyong.

Wanita disampingnya menunduk sedikit. "Aturan aku yang harusnya nanya begitu ke kamu, kamu cape gak?" balas Seulgi.

Lelaki yang tengah menumpukan dagunya pada kasur tinggi Seulgi itu menggeleng sembari tersenyum. Lengkap dengan jemarinya yang mengelus-elus tangan Seulgi. "Engga," bantahnya.

"Kamu gak ngantuk? Tidur dulu gih," titah Seulgi. Posisinya kini bersender pada headboard, menatap suaminya sedikit kesal.

"Ngga ah, takut kamu sendirian."

"Kayak aku bakal ngapain aja," kilah Seulgi.

"Terakhir kali kamu ngomong begitu, kamu beneran ngapa-ngapain. Nih buktinya diinfus," ucapnya sembari menunjukkan infus yang menancap pada kulit pucat Seulgi.

"Kan aku gak berniat begini, Yong, gak diniatin."

Taeyong percaya. Ia membenarkan posisi duduknya, duduk tegak dengan menatap lurus ke arah Seulgi. "Oke deh, terus kenapa bisa sampai begini?" tanyanya berniat ngobrol serius. Gak bisa nahan lagi untuk penasaran.

"Terjadi gitu aja," jawab Seulgi sekenanya.

"Ih yaampun, istri aku, gemesin banget. Sekalipun terjadinya gitu aja pasti ada penyebabnya Egii," balas Taeyong gemas, tangannya mengusak rambut Seulgi.

"Ya emang gituu, ngalir aja. Pas lagi natap wajahnya dia, tiba-tiba kerasa sesek banget dada aku. Kayak capek batin banget rasanya. Gak tau kenapa."

Bahkan sekedar menyebut nama David pun Seulgi gak lakukan. Dibanding menyebut nama David, ia lebih menggunakan kata ganti dia.

"Capek ya?" lirih Taeyong tersenyum sendu. Kini Seulgi sudah menunduk. Lalu mengangguk dalam diamnya. Terlihat seperti meratapi nasib buruknya. "Aku jahat ya?" gumamnya kecil tiba-tiba.

"Huh? Jahat? Engga kok engga, kamu ga jahat, Sayang."

"Tapi aku gak becus jadi ibu, dari kemarin aku telantarin anakku terus. Gak cuma dia, Hwall Yeji Wonyoung pun gak aku urus," curhat Seulgi.

"Kamu gak telantarin mereka, kamu emang lagi butuh waktu istirahat. Mereka paham kok."

"Tapi tetep aja, rasanya sedih. Gak enak, aku ingin cepet-cepet sehat. Baik fisik maupun perasaan aku, aku ingin ngurus keluargaku dengan baik."

"Then you have to heal right now. Kamu istirahat yang benar, makan yang teratur, kalau ngerasain sakit bilang. Kamu usaha biar kamu cepat sembuh, jangan stuck disitu terus, okay? Hilangin pikiran negatif kamu soal gak becus gak becus itu."

"Tapi itu kenyataan, Taeyong."

"Even it's reality, it doesn't mean you have to still in that reality. You can only make it a lesson, not to stuck. Ngerti?"

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang