51;

314 33 1
                                    

"You better hurry up, Bro," perintah Yeji ke kembarannya. Posisi mereka berdua lagi di depan kue yang mana sedang Hwall hias—niatnya, tapi Hwallnya sendiri gak yakin bakal berhasil.

Wonyoung gak tahan melihat kakak laki-lakinya diomelin terus sama Yeji. Wonyoung yang asalnya ikut hias-hias kue pun nyeplos, "Better lagi Mba aja yang nanganin kue, biar aku sama Mas Hwall keluar pergi ngurus yang lain."

"Kamu udah janji mau nurut, Wonyoung. Kan Mba bilang jangan ngeluh kalau gak bisa."

"Aduh, ini bukan soal ngeluh mengeluh lagi, Mba. Efisiensi waktu ini biar semuanya udah siap pas Mama Papa pulang. Daripada Mas Hwall buat kacau kuenya, lebih baik suruh Mas Hwall hal-hal yang lebih bisa dia handle. Bukan begitu, Mas?"

Perkataan Wonyoung ada benarnya. Jarum pendek jam dinding sudah berada di angka 6, sedangkan pekerjaan belum terselesaikan satu pun.

"Kalau cara kerjanya begitu, kamu bisa handle apa anak kecil?" sahut Hwall menyinggung Wonyoung di sebelahnya.

"Enak aja, David tuh yang anak kecil," Wonyoung protes tak terima.

Yeji segera melerai sebelum pertengkaran antara keduanya terjadi. "Oke-oke ya udah. Hwall keluar beli barang-barangnya, Wonyoung disini sama gue jagain David. List-nya gue pc nanti, sekarang lo pergi aja dulu. Siniin celemeknya."

"Kan David masih bisa digendong, Mba, kenapa harus sama aku?"

"Mau kuenya diacak-acak sama tangan mungil ini, heuh?" Yeji menjawab sambil menggoyang-goyangkan kedua tangan David.

Yang punya tangan gak protes lagi. Oke, Wonyoung pun paham dan menurut.

Tepat sebelum David pindah ke kuasanya, Hwall mendekat dan berbisik. "Kenapa yang hias kuenya gak Kak Naeun aja ya bodoh."

Wonyoung mengangguk. "Iya ya, Bodoh."

"Kamu adiknya orang bodoh berarti."

"Mas kembarannya orang bodoh."

Lalu keduanya berbarengan menatap Yeji di depan sana, dilanjut ketawa diam-diam.

Tugas berganti, kini Wonyoung tengah bermain dengan David di ruangan ibunya. Yeji pun berakhir dibantu Naeun yang untungnya menawarkan diri. Hwall meluncur ke IKEA untuk beli frame photo dan barang-barang lain yang ada di list Yeji.

Gak ngerti juga kenapa nyuruh belinya di IKEA, kan buang duit.

Keempat bersaudara itu turun dari mobil satu per satu setelah kendaraan beroda empat itu terparkir apik di garasi. Hwall masuk dengan menenteng dua buah keresek di masing-masing tangannya. Belum selesai, dia kembali ke garasi untuk mengambil frame photo yang kemasannya paling besar sendiri.

Yeji yang digadang-gadang menjadi penanggung jawab kegiatan pun masuk sembari menggendong David dengan hati-hati. Lebih hati-hati lagi Wonyoung yang di depannya berjalan masuk sambil membawa cake yang sudah siap disajikan.

Yeji menaruh adiknya di baby chair yang tepat berada di sebelah sofa. Membiarkan dia dan kedua saudaranya menghirup udara sebentar karena capek juga bolak-balik terus selama dua jam terakhir.

"Hufft... huftt..." Wonyoung kesusahan bernafas setelah meminum air putihnya. Dadanya bergerak naik turun menetralkan aktivitas inspirasinya. Tak berselang lama dari duduknya, Yeji bangkit mulai menata sofa membentuk kotak kecil di tengahnya. Sengaja untuk tempat bermain David disaat kemungkinan kakak-kakaknya sibuk nanti.

"Mama marah gak ya kalau tau David dikurung begitu?" gumam Wonyoung.

"Gak bakal marah kalau gak tau, jadi kamu gak usah cepu," sahut Yeji langsung.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang