3O;

281 32 8
                                    

Kemarin ulang tahun Wonyoung dan Jisung belum bicara apa-apa sama dia. Asli, sinyalnya gak masuk-masuk di hape Jisung.

Temen-temennya yang lain bisa, tapi Jisung gak enak kalau minta internet terus ke mereka, sedangkan konter lumayan jauh dari tempat tinggalnya.

Sekarang, ia dan voluntir yang lain lagi bersiap untuk berangkat ke bandara. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh saat rombongan sampai di bandara. Penerbangan jam dua belas nanti, yang mana diperkirakan dia sampai jam dua siang. Bisalah datang ke pesta ulang tahun Wonyoung tepat waktu.

"Kok jam satu?" pekik Jisung dengan nada lumayan kesal. Ia menatap Woojin yang baru saja memberinya tiket.

"Gak tau juga deh, kirain gue jam dua belas tadi," alibi Woojin.

"Huu, gimana sih informasinya ga valid," sorak Jisung. Woojin segera berlalu menghampiri temannya.

Sore harinya, di bandara Jisung dijemput sama Jisoo. Pesawatnya mendarat tepat waktu tapi ia pikir gak bakal bisa dateng ke pesta Wonyoung tepat waktu juga. Karena Bundanya belum dateng juga sampai sekarang.

"Ayah emang dimana sih? Kok gak sama Ayah aja?" protes Jisung. Presensi dia sendirian marah-marah sekarang, karena udah setengah jam dari ketibaannya di bandara. Teman-teman voluntirnya yang lain juga udah pada cabut.

"Ada dehh, emang kenapa sih? Bunda udah otw dari tadi kok," jawab Jinyoung meledek.

"Dari tadi-nya tuh jam berapa? Aku sendirian inii."

"Sabar aja, bentar lagi juga sampai. Push rank aja dulu, nanti tau-tau juga kamu ditelpon."

Jisung tarik nafas dalam. Tanpa sadar ia mengangguk-anggukan kepalanya. "Yaudah iya, aku tutup dulu ya telponnya, Yah."

Di pagi Sabtu ini Wonyoung memulai harinya dengan senyum lebar. Selepas tadi malam mendapat hadiah banyak-banyak juga kumpul dengan keluarganya, ia makin gak sabar untuk pestanya malam ini. Dan yang lebih ditunggu-tunggu, kedatangan Jisung.

Oh my God, kalian tau gak sih seberapa keselnya Wonyoung dari Kamis malam? Jisung benar-benar gak ada kabar apapun, totally. Sampai badmooddddd banget, alhasil Yujin jadi kena imbasnya.

Nah, udah mulai ngerti 'kan sekarang kenapa Wonyoung nunggu Jisung?

Jadi, karena gak tega dengan Wonyoung juga dirinya sendiri—yang jadi pelampiasan—akhirnya Yujin bocorin kebohongan Jisung. Tentang voluntirnya yang gak ke luar negeri, voluntirnya yang gak sebulan. Tapi gak sampai surprise Jisung ia kasih tau juga, untung deh. Yujin juga mikirin lah, kasian Jisung kalau surprise-nya ketauan.

Tapi Wonyoung nih udah positive thinking banget nih. Kalau Kata Hwall mah kegeeran sih. Dipikirannya udah ada bayangan kalau Jisung bakal kasih dia kejutan.

"Ya ampun, ketebak banget sih rencananya," monolog Wonyoung sembari mesem-mesem depan jendela. Presensi lagi ngiket tali gorden, mesem-mesem sendiri.

"Hih kamu ngapain mesem-mesem begitu? Gak kesurupan 'kan?" seru Hwall saat melintas dari arah dapur. Wonyoung langsung tersadar dari kehaluannya. Mukanya merengut. "Ngga, apasih! Rumah kita mana ada setan," galaknya.

"Ada, kamu tuh," ledek Hwall datar. Langsung jalan lagi meninggalkan Wonyoung yang masih berkutat dengan gorden. Wonyoung auto mulutnya ngoceh-ngoceh tanpa suara, ngerti 'kan?

Sekitar jam setengah tujuh nanti teman-teman Wonyoung udah datang ke rumah, tapi sampai sekarang rumah ini masih polos. Pestanya diadain di rumah aja karena Wonyoung yang minta. Seulgi pasrah karena dia pasti gak bisa bantu-bantu banyak, baru minggu ke 33 tapi namanya anak kembar ya perutnya udah besar banget. Kalau cuma ngandelin keempat orang yang tinggal di rumah ini, sebenernya Seulgi gak yakin. Tapi dicoba aja dulu, toh mereka yang sepakat.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang