O6;

564 79 1
                                    

Seulgi gak berhenti ngegigitin jari kukunya daritadi. Khawatirnya gak selesai-selesai sedari mendengar kalau Wonyoung pingsan. Dia takut. Takut banget.

Taeyong yang dikenal sayang anak—terlebih Wonyoung—bisa ngelakuin apapun untuk kebahagiaan anak dan keluarganya. Dia relain apapun itu, selagi masih bisa dituruti dan gak negatif. Begitu juga dengan hobi Wonyoung.

Seorang Wonyoung yang berbadan besar ini memiliki keadaan berbalik dari apa yang dilihat. Ya bukan berati dia penyakitan atau segala macam. Tapi, diantara anggota keluarga yang lain, Wonyoung lah yang paling sering bolak-balik rumah sakit.

Emang anaknya percaya medis banget sih. Masalah jerawat kecil aja langsung konsultasi kan? Beda sama Yeji yang bodoamat, minimal tanya google terus jalanin aja apa yang tertera disitu.

Wonyoung tipe anak yang daya tahan tubuhnya juga lemah. Dan penyakit yang sering menjakit dia itu, dehidrasi.

Sebisa mungkin Seulgi siapin segala kebutuhan Wonyoung, mulai dari makanan sampai hobi dia. Gak lupa ngingetin minum air putih setiap jamnya. Siapin buah untuk bekal setiap harinya. Dan gak lupa, ngingetin Wonyoung buat pakai lipbalm.

Ini sepele tapi Wonyoung suka lupa. Enakan pakai liptint kalau kata Wonyoung.

Keluarga sih gak mikir aneh-aneh soal dehidrasinya Wonyoung. Karena ya mungkin gak seintensif itu Wonyoung kena dehidrasi juga. Cuma ya tetap, mencegah lebih baik daripada mengobati. Terlebih Taeyong dan Seulgi selaku orang tua.

Kalau Seulgi bagian nyiapin kebutuhan Wonyoung, Taeyong bagian ngelarang-larang Wonyoung.

Ya gimana ya, Taeyong emang tipe ayah protektif. Apalagi setelah tahu kalau anak bontotnya ini berpotensi dehidrasi lebih besar. Dia pun mulai memantau kegiatan basket anaknya. Ini anak satu kalau udah main basket suka gak inget waktu soalnya.

Maka dari itu, Seulgi khawatir banget porsi latihannya Wonyoung nanti berkurang karena Taeyong. Kasihan anaknya yang sukaaaa banget sama hobinya ini, tidak bisa terhindarkan. Kasihan juga dirinya yang nanti jadi sasaran rengekan Wonyoung.

Plis, anaknya yang sebucin itu terhadap Taeyong pun kalau sambat datangnya ke Mama.

Mana sebentar lagi ada seleksi Popda, aduh makin khawatirlah itu Seulgi.

"Ma, aku turun ke lobi ya, jemput Papa," pamit Yeji.

Yang kemudian cuma dibalas anggukan oleh Seulgi—karena bingung aduh ini gimana.

Sekarang di kamar rawat, cuma ada Seulgi, Wonyoung sama Hwall yang lagi rebahan di sofa. Matanya udah merem-melek dipastikan sebentar lagi tertidur. Jisung belum datang karena masih ada urusan organisasi di sekolah, baru aja ngabarin Hwall tadi.

Gak lama, pintu kamar terbuka. Muncul Taeyong yang masih lengkap dengan jas kantornya, disusul Yeji dibelakangnya. Sontak Seulgi langsung menghampiri suaminya. "Pa.."

"Adek kenapa? Udah baik-baik aja kan?"

"Duduk dulu, Pa.. Capek kan dari kantor langsung kesini?" tenang Seulgi.

Taeyong pun duduk di kursi sebelah ranjang Wonyoung. Ia mengelus rambut anaknya. Sedih melihat tangan anaknya harus diinfus lagi setelah sekian lama. Khawatir, secapek apa anaknya sampai bisa pingsan tiba-tiba.

"Adek kenapa?" tanya Taeyong dengan netranya masih menatap sang anak.

"Dehidrasi. Juga hiperventilasi kata dokter tadi."

Taeyong merespon dengan mengangguk-angguk. "Diopname ga?"

"Papa tau yang terbaik buat Adek kan?"

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang