38;

209 34 4
                                    

"Aku pure berpikir kalau Mama emang masih sedih, so yang dominan pegang Adek ya bukan Mama. Tapi kalau sampai Mama merasa gak mau lihat Adek tuh, janggal gak sih?" Wonyoung melanjutkan perkataanya.

Yeji menjentikkan jarinya. "Yup! Yang gue maksud itu. Gak mungkin Mama jadi begitu tanpa alasan, iya 'kan?"

"Ya terus asumsi lo Mama kenapa?" Hwall menengahkan.

Yeji terlihat berpikir sebentar. Ada jeda saat ia kembali memainkan gawainya sebentar. "Gue pikir Mama kena sindrom baby blues," ungkapnya. Tanpa ragu sedikitpun. Lantas Hwall dan Wonyoung pun saling bertatap heran.

"Baby blues?? Wonyoung sering denger deh kayaknya, itu semacam sindrom untuk ibu yang baru aja melahirkan 'kan?"

"Yup! Tepat sekali."

Pada dasarnya ini bukan kali pertama bagi mereka bertiga mendengar sindrom itu. Kasusnya udah banyak, sudah cukup awam. Tapi spesifiknya seperti apa ya mereka tidak tahu. "Kenapa lo bisa simpulkan Mama terkena sindrom itu?" tanya Hwall.

Wonyoung ancang-ancang menyimak penjelasan Yeji.

"Karena perilaku-perilaku Mama ini merujuk ke gelaja sindrom baby blues. I mean, gak cuma satu, Hwall. Penyebab kebanyakan Ibu mengalami sindrom ini juga karena kesulitan beradaptasi. Gue yakin seratus persen Mama stress karena belum bisa beradaptasi sama bayinya, baik David maupun Adek yang ada di alam sana."

Baik Hwall maupun Wonyoung gak tau mau merespon seperti apa, yang pasti mereka sedih. Pandangan Wonyoung sudah beralih, menunduk sendu. Hwall yang masih menyetir curi-curi pandang melirik kedua adiknya dengan ekor mata.

"Gue belum kasih tau kalian, kata dokter Mama pingsan emang karena kelelahan dan stress. Ya... mungkin asumsi lo tadi benar," ujar Hwall.

Tapi Wonyoung masih gak terima dengan penuturan kakak perempuannya. Dia kecewa.

Kenapa Mamanya masih gak bisa nerima keadaan kalau David ini ada untuk dia urus? Instead of mengurus David sebaik mungkin, kenapa Seulgi malah terus menerus menyalahkan dirinya yang gak becus jaga bayinya yang lain?

Apa gunanya sih menyalahkan diri sendiri?

"Apa gunanya sih menyalahkan diri sendiri?" gumam Wonyoung kecil. Namun lirihan itu masih dapat Hwall dengar dengan jelas. "Kenapa, Dek?"

Badannya kembali ia tegakkan. Menatap bingung ke kakak laki-lakinya tersebut.

"Mama kenapa belum bisa beradaptasi sih, Mas? Sesusah apa sih bagi Mama buat bangkit? Bukannya memulai yang baru dengan belajar dari kesalahan, kenapa Mama malah diam di tempat itu dan gak melakukan perubahan? Seolah-olah Mama gak punya tanggungan yang harus ia jalankan," protes Wonyoung. Semua unek-unek yang ia pikirkan saat ini keluar.

Yeji mengernyit. "Dek, kamu ngomong apa sih?" sengitnya.

"Aku ngomongin Mama, aku bicara soal Mama yang gak bertanggung jawab atas keluarganya. Mama berperilaku seolah-olah dia gak punya kewajiban yang harus dijalankan. David tuh anak Mama, Mba!"

"Wonyoung, jangan naikin intonasi kamu sama yang lebih tua," peringat Hwall dingin. Ia memutuskan untuk melipir ke pinggir jalan sebentar.

"Aku berhak berpendapat, Mas. Aku berhak protes," bantah Wonyoung keras kepala. Tanpa takut sedikitpun, ia menatap kakaknya dengan mata menyalang.

"Kamu boleh, tapi dengan cara yang baik dan sopan, gak usah pakai amarah." Suara Hwall melembut. Sadar bahwa adiknya masih kecil. Sedangkan Yeji kini, sudah badmood duluan karena dibentak Wonyoung.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang