39;

208 34 3
                                    

Karena gabut bingung mau ngapain, Yeji memutuskan untuk ngerjain laporan aja. Untungnya dia bawa iPad, stylus, dan keyboard wireless-nya. Starterpack yang memadai untuk mengerjakan laporan disaat mendesak seperti ini.

Beda halnya dengan Hwall, cowok tersebut tengah fokus membaca artikel yang sedari tadi ingin ia baca.

Riset soal apasih baby issues itu?

"Ini Wonyoung kenapa gak ikut Papa aja sih tadi? Ujung-ujungnya tidur juga dia," celetuk Yeji.

"Aku gak tidur ya, Mba, cuma merem istirahat." Wonyoung tiba-tiba menyahut.

Raut wajah Hwall langsung bete. "Jangan cekcok lagi ya kalian, Mama lagi tidur." Hwall memperingati karena sudah bisa merasakan potensi adanya percekcokan jilid dua. Selanjutnya ruangan pun hanya terisi dengan suara ketikan keyboard Yeji yang sibuk.

Mata Seulgi tiba-tiba mengerjap. Hwall yang posisi tepat di sebelah ranjang Seulgi pun langsung nyadar. Sigap taruh hapenya di atas nakas lalu bantuin ibunya bangun.

"Eh, eh, Ma, mau bangun?" tanya Hwall.

Seulgi menggeleng lemas. "Engga, rebahan aja deh."

Hwall membenarkan posisi ranjang Seulgi sehingga ibunya dapat rebahan dengan nyaman. "Ini, minum dulu." Tangannya menyodorkan segelas air putih, dibantunya Seulgi untuk minum.

Saking fokusnya Yeji, ia sampai gak sadar kalau mamanya udah bangun. Gadis yang tengah duduk membelakangi Seulgi itu masih sibuk menarikan jarinya di atas panel keyboard.

"Makan dulu mau, Ma? Biar minum obat, Mama juga gak jadi makan siang 'kan tadi?" tawar Hwall.

Yeji yang mendengarnya menoleh segera. "Eh, Mama udah bangun. Butuh sesuatu ga, Ma?"

Seulgi hanya menggeleng dengan sabit tipis di wajahnya. "Makan deh, tapi nantian aja ya. Itu Adek kenapa tidur disitu? Kok gak di rumah?"

"Tadi diajak Papa pulang tapi gak mau, dia nanti nginep di rumah Eyang juga sih, Ma. Uti yang minta."

"Oh yaudah."

Hwall gemas ingin nanya-nanya ke Seulgi sebenarnya. Tapi dia tau sikon lah kalau mau tanya-tanya. Ibunya baru aja bangun, gak baik.

"Aku mintain makanan ke perawatnya ya, Ma. Biar gak usah nunggu nanti kalau mau makan," usul Hwall perhatian. Selembut mungkin ngomongnya engga di sangar-sangarin dulu.

Wonyoung mengulet nikmat saat terbangun dari tidur singkatnya. Rasanya gak enak tidur di ranjang rumah sakit, kasurnya kurang empuk. Wonyoung jadi gak selera buat lanjut tidur.

"Halo, Maa—ohmm," sapanya dengan menutup mulut di akhir kalimat karena menguap.

Sekarang jam tujuh malam dan Wonyoung ngantuk sekaligus lapar. Bayangin, pulang sekolah langsung disuruh mandi terus gantian jagain David yang tidur. Gak lama langsung dibawa pergi lagi sama kakak-kakaknya.

Ibarat kata, nafas sejenak aja Wonyoung tuh gak sempat daritadi.

"Aku laper, belum makan," keluhnya sepenuh hati.

"Kenapa tadi di bakery gak makan aja? Baru laper sekarang?" tanya Hwall lembut.

Wonyoung menggeleng. "Gak kepikiran, aku curhat sama Kak Yeri tadi," ucapnya sembari menyengir.

"Yaudah makan dulu gih, nanti pulang udah kenyang jadinya tinggal tidur," titah Seulgi.

"Eumm, McD??" Ia bertanya apakah kakaknya membiarkan dia untuk beli fast food.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang