O5;

599 82 0
                                    

Pagi ini Seulgi berniat mengunjungi bakery-nya karena terakhir kesana udah sekitar seminggu yang lalu. Rewelnya Wonyoung jadi sedikit hambatan dia buat pergi-pergi keluar, karena ngintilin terus. Benar-benar kayak bayi.

Rumah udah sepi, cuma ada Seulgi sama Yeji yang lagi mandi karena ini juga sebentar lagi mau pergi balik ngampus. Rapat BEM doang, gak ada matkul padahal.

Seulgi duduk di depan ruang TV, scrolling timeline Instragram sambil nungguin Yeji selesai mandi mau pamitan.

"Mba, Mama pergi ke bakery dulu ya, mau ikut gak?" tanya Seulgi.

"Yeji ada rapat BEM, Ma, sejam lagi. Ikut gak ya?" sahut Yeji.

"Terserah, kamu niatan berangkat naik apa nanti?"

"Minta jemput Mas Hwall, katanya nanti bisa jemput aku kok."

"Ish, sukanya bolak-balik. Udah bareng Mama aja ayo, Mama bawa mobil kok."

"Ya udah ikut mampir bakery aja ya, sekalian bawa donat buat teman-teman."

"Iyaa. Ya udah buru siap-siap. Mama tunggu di mobil ya."

Yeji lagi milih donat yang ada di etalase, tangan kanannya memegang capitan sedangkan tangan kiri memegang kotak donat. Matanya bergerilya ke kanan kiri.

"Ya udah, Mba, nanti langsung hubungin pemasoknya aja kalau semisal gak cukup. Saya juga baru tahu pesanannya sebanyak ini," ucap Seulgi sambil membaca tumpukan kertas yang ada di hadapannya.

Tak lama, teleponnya tiba-tiba berdering.

Telepon dari sekolah.

Segera ia angkat, karena takut ada hubungannya dengan Wonyoung. Secara, cuma anak bungsunya yang bersekolah disitu sekarang.

"Iya, selamat pagi. Dengan saya sendiri."

Raut wajahnya tampak tidak percaya. Yeji yang berada tak jauh darinya pun segera mendekati. "Kenapa, Ma?"

"Ohiya-iya, Bu. Saya segera kesana, terima kasih informasinya ya, Bu."

Seulgi menutup panggilan lalu segera mengambil tas tangannya yang tergeletak di meja. "Mba, Mama mau ke sekolah Adek dulu. Kamu naik taksi aja ya, maaf Mama gak bisa nganter kamu sekarang."

"Eh-iya. Tapi kenapa, Ma? Tadi siapa yang nelpon?" tanya Yeji penasaran.

"Petugas UKS sekolah Adek. Katanya Adek tiba-tiba pingsan pas latihan basket tadi, sampai sekarang belum siuman."

"Hah? Kok bisa? Dia kan udah sarapan tadi pagi? Dia juga lagi gak sakit, kan?"

"Makanya itu, Mama pamit ke sekolah Adek dulu ya, mau lihat keadaannya. Kamu jangan bilang Papa dulu, biar Mama yang kasih tahu nanti," jelas Seulgi.

"Oh oke, siap, Ma. Hati-hati di jalan, Ma, jangan ngebut!"

Yeji pun segera menyelesaikan kegiatan memilih donatnya dan mulai menelpon seseorang. "Hwall, jemput. Di bakery ya tapi, gue lagi milih donat nih."

"Hah ngapain? Lagi di kantin nih gue."

"Adek pingsan makanya Mama pergi ke sekolah, buru lah ini 15 menit lagi rapatnya mulai!!" ucap Yeji greget.

"Iyaaa sabar ngapa jamet."

"Eh asu juga ni orang- TUT!"

Yeji menghela nafas.

"Ma, disini!" panggil Jisung saat melihat Seulgi jalan di koridor UKS. Seulgi langsung lari nyamperin Jisung, "Wonyoung di dalam? Dia kenapa?"

"Masuk aja dulu, Ma. Jisung jelasin di dalam ya," jawab Jisung.

Seulgi pun berjalan masuk ke kamar UKS yang Wonyoung tempati. Terlihat anak bungsunya yang sedang tertidur di ranjang UKS. Seulgi menoleh ke arah Jisung, "Ini dia tidur atau pingsan, Ji?"

"Jisung gak tau, Ma. Ini udah sekitar setengah jam Wonyoung pingsan, dan dari tadi belum siuman."

"Hah? Setengah jam? Kenapa gak dibawa ke rumah sakit aja hubungin dokter?"

"Jisung suruh petugasnya telfon Mama dulu, karena Mama tau yang terbaik buat Wonyoung."

Seulgi menghembuskan nafas kasar. Segera ia telfon dokter keluarganya. "Ayo bawa Wonyoung ke rumah sakit, bantu Mama gendong Wonyoung ya." Jisung pun mengangguk.

"Ma, gak telfon Papa? Maaf soalnya Jisung gak bisa ikut ke rumah sakit, nanti mungkin pulang sekolah Jisung langsung jalan kesana."

"Ya udah gak apa-apa, kamu tolong telfon Bunda kamu aja ya, susul Mama ke rumah sakit segera."

Jisung mengangguk, "Iya Ma, hati-hati ya, Ma," ucapnya lalu menutup pintu mobil. Mobil itupun langsung melesat meninggalkan sekolah.

"Buruan babi! Gak penasaran apa Adek pingsan kenapa?" maki Yeji ke Hwall.

Literally memaki yang sesungguhnya, karna dia tuh jarang banget maki orang sekali pun ngegas. Ini entah dia greget atau emang kesel sama kakaknya makanya begini.

"Iya sabar ini astaga. Adek gak bakal pindah dari kamarnya kok," sahut Hwall.

"Sok tau banget, heran."

Mereka berdua berjalan masuk ke rumah sakit, naik lift ke lantai 3 lalu mencari ruangan Wonyoung dirawat. Tapi kaget saat tiba-tiba menemukan sang mama sedang berbaring di kursi koridor sendirian.

"Ma?" tanya keduanya saling bertatapan.

"Mama!" panggil Yeji yang kemudian diberi hadiah cubitan di perut oleh Hwall. "Rumah sakit, gak boleh berisik."

Yeji pun menurut.

"Gimana keadaan Adek?" tanya Hwall.

"Udah siuman kok tadi, sekarang lagi istirahat. Hiperventilasi."

Adik-kakak itu merasa asing dengan kata yang baru diucap ibunya, alhasil mereka mengerutkan alis bersamaan. Seulgi yang peka pun menjelaskan.

"Adek terlalu banyak mengeluarkan karbondioksida, jadi pembuluh darah yang memasok darah ke otak menyempit. Adek bernafas terlalu cepet, mungkin karena lagi latihan basket tadi. Dia juga sedikit dehidrasi."

"Oh dehidrasi ada sedikit sama banyak gitu ya?" tanya Yeji gak tau maksudnya ngapain.

"Ya intinya Adek udah baik-baik aja, tadi dia hiperventilasi sama dehidrasi makanya pingsan."

Akhirnya keduanya paham, ditandai dengan anggukan.

"Papa udah ditelpon kan, Ma? Kok belum kesini? Kan udah jam makan siang," tanya Yeji lagi.

"Udah tadi, kaget juga kayaknya. Mungkin lagi di jalan."

Mereka bertiga pun memutuskan masuk ke dalam kamar rawat Wonyoung, sembari menunggu sang papa datang.





[+]
aku belum begitu mendalami bidang kesehatan, jadi kalau ada salah-salah mohon dikoreksi ya🙏🏻

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang