Bonus Chapter I

374 33 0
                                    

Siapa penasaran dengan keluarga kecil Choi?

Iyap, keluarga kecil ini sudah pindah ke daerah pinggiran Tangerang. Gak di BSD City seperti rumah keluarga Lee karena Yeonjun belum mampu beli rumah di situ. Rumah yang mereka tinggali juga cukup sederhana, karena semuanya bener-bener pure duit Yeonjun. Yeonjun sendiri baru benar-benar menjadi seorang legal officer di perusahaan saat umur Aera menginjak satu tahun.

Itu artinya Yeonjun belum berpenghasilan tetap saat meminta Yeji untuk menikahinya.

Amat sangat bernyali ya ngajak berkeluarga anak orang tapi dianya belum tau pasti mau ngasih makan Yeji pakai apa.

Tapi karena Taeyong tahu seberapa bertanggung jawabnya Yeonjun, tentu hal tersebut bukan hal yang harus ia pusingkan. Yeonjun berani ngajak nikah Yeji berarti sudah tau apa resiko dan kewajiban yang harus ia tanggung nanti. Setidaknya Yeji gak bakal sampai ke rumah ngemis-ngemis karena gak dikasih makan sama Yeonjun.

Kalau Yeji sendiri, lulus sarjana langsung apply kerjaan. Udah muak banget ketemu kertas isinya materi kuliah. Karena dia lulusan manajemen, akhirnya Yeji dapat pekerjaan yang fortunately sesuai dengan minatnya. Event organizer.

Jadi, Yeonjun kuliah Yeji malah kerja. Tapi Yeonjun gak gengsi karena justru dia senang istrinya punya pekerjaan yang bisa bikin ia merasa senang dan enjoy ngerjainnya. Pekerjaan kalau udah sesuai hobi malah gak kerasa kerja jadinya. Kalau soal Aeri, anak pertama pasangan Yeonjun dan Yeji itu lahir setelah satu tahun pernikahan.

Yeonjun gercep.

"Kakak udahan lihat hapenya!" seru Yeji dari dapur tak terlalu keras. Ia tengah menyiapkan bekal makan siang yang hendak dibawanya.

Aera yang tengah asik rebahan di sofa depan TV pun melingak. Langsung membuang hape milik ayahnya ke bantalan sofa. Setelahnya rebahan di sofa sampai kakinya menggantung—karena belum cukup panjang untuk sampai lantai kakinya. Kakinya menendang-nendang di udara lengkap dengan pout di buburnya. Tipikal anak kecil kalau lagi bingung gak ada kerjaan.

"Lihat tuh mataharinya udah di atas masa kamu belum mandi sih," ujar Yeji sembari berjalan menghampiri Aera. Aera kini menggeleng sembari mengulum bibir.

"Hari ini Kakak mau diajak jalan-jalan sama Ayah, tahu? Ayah aja lagi mandi." Yeji berusaha membujuk Aera untuk mandi. Gadis kecil itu pun bangun dari posisi tidurnya sehingga berdiri menumpukkan wajahnya di bagian belakang sofa.

"Jayan-jayan kemana?" cicitnya.

"Ketemu sama om-om, temen-temennya Ayah," jawab Yeji.

Anak itu pun bergerak hendak melompati sofa, bukannya turun dari sofa. Mata Yeji membelalak. "Eh eh eh jangan dari situ dong, Sayang," serunya kaget. Aera hanya terkekeh.

Yeonjun datang dengan tangannya yang sibuk mengeringkan rambut dengan handuk. Matanya belum melek sempurna walaupun sudah mandi. "Ayah udah mandi," lapornya tak semangat. Lalu menjatuhkan badannya di sofa tempat Aera berada.

"Hayuum!" seru Aera tatkala mendusel ke badan ayahnya itu.

"Gak mau deket-deket Kakak belum mandi," tolak Yeonjun.

Sebenernya aneh juga Aera dipanggil kakak padahal umurnya baru menginjak 3 tahun, dan Yeji juga gak lagi hamil. Tapi kalau Yeonjun yang minta ada baiknya diturutin aja.

Cuma saat diawal jadinya Aera bingung, berpikir kalau namanya adalah Kakak, padahal itu cuma panggilan.

"Eya mau mandi! Mandi! Mandi!" Aera bersuara. Tiba-tiba dirinya jadi bersemangat untuk mandi.

"Okey, karena Ayah udah selesai mandi dan Buna udah harus pergi sekarang, Kakak dimandiin Ayah ya hari ini. Buna mau pergi dulu." Yeji melipir mengambil tas bekal dan totebag yang tersampir di kursi dapur.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang