45;

241 33 2
                                    

Yeji masuk rumah sakit.

Yeonjun mau keselek aja dengernya. Kemarin malem nih, kemarin malem ketemu masih baik-baik aja. Bisa-bisanya masuk rumah sakit Yeonjun ketinggalan berita. Karena Yeonjun tau dari Doyeon sorean, jam besuk malam pun dia langsung ke rumah sakit.

Lucas tau dari Doyeon, Doyeon tau dari Somi. Mau marah aja Yeonjun pas tau infonya estafet begitu.

"Weh kampret, adik lo sakit gak ngasih tau gue, pa maksud hah?" maki Yeonjun ke telepon genggamnya. Sudah jelas maki-maki kakaknya Yeji siapa lagi kalau bukan Hwall.

"Lah kenapa jadi misuh ke gue? Tanya ke Yeji lah, kan dia yang pacar lo," elak Hwall.

"Haduh, begini lah jadinya Bunda jika saat bayi bukannya diberi ASI malah mogu-mogu. Bego, kalau dia sakit ya lo bagi-bagi informasi lah bangke. Mau dia udah bilang ke gue atau belum, lo kabar-kabar gueeee. Lagian lo pikir Yeji sakit megang hape?"

"Iya, tadi sebelum tidur megang hape kok." Yeonjun geleng-geleng gak kuat.

Kepala Yeonjun udah berwarna merah padam ini mah kalau dijadiin animasi.

"Anjing bener kakak ipar, udah ah buru kirim kamar Yeji apaan. Gue otw rumah sakit nih."

"Lavender, kelas dua lantai empat, langsung ketemu Yeji—eh ada pasien lain sih kali aja lo salah orang ketuker."

"Lo meragukan gue sebagai tunangannya? Yeji bohay begitu mana ada ketuker."

"Berbusa banget mulut lo, udah buru kesini nginep dah sekalian gantiin gue."

Pip! Teleponnya dimatiin Yeonjun sepihak tiba-tiba. Dapat Yeonjun tebak Hwall pasti lagi misuh berkata kasar sekarang. Karena udah jam tujuh, Yeonjun pikir ada baiknya Hwall dikasih asupan dulu. Maka mampir lah dia ke rumah makan padang, hitung-hitung sogok habis diperlakukan tidak baik tadi.

Sesampainya di ruang rawat, Yeonjun berpapasan dengan Taeyong yang juga hendak masuk. Hwall dan Seulgi berada tepat di samping ranjang Yeji.

Ada dua lelaki lain yang sepertinya keluarga dari pasien ranjang sebelah.

"Malem, Tante," sapa Yeonjun sopan, sedikit menundukkan badan. "Eh Malem, Yeonjun," balas Seulgi dengan senyuman. Wanita beramput cepol itu tampak lusuh dengan kardigan kremnya. Tiba-tiba suara ajakan terdengar dari sebelah kiri tubuh Yeonjun, ternyata asalnya dari Taeyong.

"Ayo, Gi," seru Taeyong pelan.

Bola mata Seulgi bergulir ke arah suaminya, sepasang alisnya naik. "Oh? Udah?" Taeyong mengangguk pertanda mengiyakan. Taeyong dan Seulgi pun pamit pulang duluan karena udah kesepakatan Hwall yang jaga di rumah sakit malam ini.

Tapi sepertinya engga jadi karena, "Lo nginep sini deh gue mau cabut." Tanpa basa-basi Hwall berujar tepat saat bokong Yeonjun baru menyentuh hangatnya kayu kursi. Gak ada adab emang. "Cabut kemana? Om Taeyong tau?"

"Ya enggaklah, gue kan disuruh jagain Yeji malam ini. Cuma gue udah ada janji nginep tempat Sunwoo anjir ah masa gak jadi."

"Gak ada manner banget lo adek sakit malah cabut."

"Nugas woi anjir nugass. Kesel banget deadline lusa," sambat Hwall. "Lo mah enak tinggal nunggu wisuda," tambahnya.

"Gak usah adu nasib, gue juga dulu sama kayak lo ya kampret. Mulai bebenah dah lo, udah semester 5."

Gak disahutin sama Hwall karena anaknya udah sibuk natap hape. Yeonjun pun melemparkan plastik kemasan di dekatnya ke paha Hwall. "Makan dah tuh, laper 'kan lo?" sambungnya tanpa menatap Hwall.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang