18;

350 45 0
                                    

Keesokan harinya, keadaan rumah belum terlalu membaik. Setelah Hwall minta maaf ke mamanya kemarin malam, suasana hati Seulgi juga lumayan membaik. Masih diselingi perasaan khawatirnya pasti. Wonyoung yang lagi makan roti lapis pun menatap lurus kakak perempuannya, yang pagi buta begini sudah berniat kabur entah kemana. Cuma ditatap aja sambil agak melotot, karena mulut penuh juga terlalu takut untuk bertanya.

Mukanya kecut bener borrr, kalau ditatap Wonyoung mana berani.

"Yeji, mau kemana lo?" tanya Hwall yang ada di hadapan Wonyoung.

Yeji berhenti sebentar, menjawab pertanyaan kembarannya tanpa berbalik ke arah yang diajak bicara. "Gue pergi ke rumah Kim. Tugas, gak usah kepo," ucap Yeji singkat.

Berpapasan dengan Taeyong yang baru turun dari lantai atas, menatap ketiga anaknya bergantian. Dilihatnya Yeji yang berjalan keluar rumah dengan langkah tegas.

Hwall menghembuskan nafas lelah. Sedangkan Wonyoung diam tak habis pikir. Sebagai orang ketiga dari keributan ini, dialah yang paling dirugikan. Hak bicaranya seperti hilang karena kedua kakaknya terus menerus berbicara tanpa sadar. Untungnya Hwall masih mau mengalah, karena ego Yeji disini terlihat terlalu besar.

Wonyoung sadar posisi diam aja.

"Yeji mau kemana sepagi ini?" ucap Taeyong menghampiri kedua anaknya.

"Ke rumah Kak Hyunjin, mau nugas katanya," jawab Wonyoung.

"Hwang Hyunjin?"

"Kim Hyunjin, Pa. Mana sefakultas Mba sama Mas Dobleh itu," jelas Wonyoung.

Taeyong berlalu mengisi tumblr-nya dengan air hangat. Mengambil roti pisang dalam laci dapur. "Adek besok ujian, belajar. Main-mainnya udah selesai," peringat Taeyong.

Wonyoung mengangguk lesu. "Iyaa."

"Mama kalian kayaknya sakit, badannya lemes dari semalem tadi. Kalian kalau laper lagi delivery aja ya, kalau ngga makan di luar aja. Papa mau nemenin mama kalian."

"Sakit apa, Pa?"

"Paling masalah ibu hamil biasa. Tapi gak tau juga, Papa belum konfirmasi ke dokter Jiyeon."

"Iyaa, Pa. Wonyoung minta maaf ya kalau kemarin ada salah ngomong ....'"

"Terlebih Hwall sama Yeji, Pa. Mohon maaf banget ... kalau Papa gak kasih tau kemarin mungkin perkataan Hwall bisa lebih nyakitin Mama lagi nantinya," sesal Hwall.

"Iya, udah jangan dibahas terus yang udah lalu. Tapi lain kali jangan diulangi," nasihat Taeyong.

Penilaian akhir semester udah mulai berjalan minggu ini. Baik Wonyoung dan Jisung mulai fokus dengan urusannya masing-masing. Terlebih Jisung yang tahun depan sudah mengikuti ujian nasional. Jadi ini adalah ujian sekolah terakhirnya.

Makanya dibawa santai, tidak seperti Wonyoung yang sebelum dan sesudah masuk ruangan sambat selalu. Karena pengalaman pertamanya dengan pelajaran SMA. Juga karena gak dikasih pacuan sebagai penyemangat. Biasanya diiming-iming rencana liburan sekolah jika mendapat nilai tinggi.

"Semangat, Wonyoung! Tinggal sehari, ayo semangat!" serunya pada diri sendiri sembari mengepalkan kedua telapak tangan di depan wajah.

Tiba-tiba muncul tangan yang mengacak-acak rambutnya sembari berkata, "Ayo semangat, Adek!"

Ternyata Hwall. Wonyoung menatapnya sedikit tidak percaya, soalnya Hwall senyum manis banget di depannya saat ini. Ya tipikal orang ngasih semangat gimana sih?

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang