CHAPTER 1

8.1K 295 6
                                    

"Butuh bantuan?" tanya seorang pria di balik tubuh seorang wanita yang sedang berusaha untuk mengrisletingkan gaunnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Butuh bantuan?" tanya seorang pria di balik tubuh seorang wanita yang sedang berusaha untuk mengrisletingkan gaunnya. Pria itu tersenyum tipis, lalu tangannya menyentuh tangan wanita yang sedang terlihat kesusahan itu dan menyingkirkannya dari sana. "Biar aku bantu," ucapnya pelan sambil menarik risleting bewarna keemasan itu ke atas.

"Thanks, Ry." Sang wanita menoleh, terlihat begitu mempesona. Wajahnya cantik, kedua matanya bulat mungil dan terpercik binar penuh cinta di sana. Senyum di wajahnya mengembang sempurna, berhasil membisu siapa pun yang melihatnya. Wajahnya mungil, begitu juga dengan fitur-fitur yang ada di sana. Bisa disimpulkan, kalau hanya dengan sekali lihat saja, wanita itu terlihat sangat cantik walaupun dia sudah menjadi seorang Ibu beranak satu.

"Kamu tau aku nggak pernah menyukai makan malam formal seperti ini, Sel," ucap Ryan pelan sambil menatap wanita di depannya. "Kamu tau, menurut aku, hanya menghabiskan waktu bersama kamu di warteg atau di tempat makan kecil lainnya itu sudah sangat cukup. Just you, and Max."

Giselle mengusap lengan Ryan lalu tersenyum manis tapi juga tersirat raut bersalah di sana. "Aku tau, Ry. Maafkan aku." Dia menghela napas pendek, lalu mengusap lengan Ryan lagi. "Hanya sebentar saja. Kakek ulang tahun, dan kamu tau aku nggak mungkin nggak menghadirinya kan?"

Ryan mengangguk kecil, lalu dia mengecup pipi Giselle singkat. "Maafkan aku," bisiknya pelan di samping telinga wanita itu.

Giselle ikut mengangguk, dan sesaat ketika kedua mata mereka saling bertatapan, tanpa disuruh wajah mereka mendekat, dan dalam hitungan detik bibir itu sudah saling bertaut saja. Giselle tersenyum di sela-sela ciuman tersebut dengan tangan yang mulai merambat di sekitar bahu Ryan lalu berakhir mengalun di lehernya.

Dan ketika tangan Ryan mulai berpindah merambat ke bagian punggung istrinya, menariknya untuk mendekat, lalu memperdalam ciuman mereka, Giselle langsung melepaskan tautan bibir mereka. "Ry," peringatnya sambil tertawa kecil.

Kedua matanya menatap Ryan dengan binar yang masih berkilat-kilat di sana. Lalu dia memicing, dan terlihat seperti sedang menahan senyum. "Biar aku tebak, kamu sengaja membuat kita nggak jadi pergi?

Ryan menaikkan alis, lalu tatapannya jatuh pada bibir gadis itu. "Thats great," ucapnya sambil tersenyum penuh kepuasan saat melihat lipstick Giselle yang sudah berantakan akibat perilakunya tadi.

Tawa renyah Giselle terdengar merdu di ruangan. Dia memukul bahu Ryan pelan, lalu langsung melesatkan diri ke meja riasnya. Matanya menatap Ryan yang sedang menatapnya dari belakang sana, lalu dia menggeleng kecil. "Lagi pula aku juga sudah merindukan Kakek, Ry. Sudah tiga bulan aku nggak bertemu dengannya." Tatapannya kembali pada wajahnya di depan kaca rias, lalu mulai memperbaiki makeupnya yang berantakan tersebut.

Mulut Ryan sudah terbuka, hendak membalas Giselle, namun pintu kamarnya tiba-tiba terbuka. Seorang bocah kecil masuk dengan keadaan menangis, dan Ryan langsung berjongkok lalu membawa bocah tersebut dalam gendongannya.

Meaning of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang