CHAPTER 16

1.3K 90 4
                                    

Jangan lupa diputer ya lagunya sembari baca part ini. Terima kasih 🤍

Hari ini kafe tidak terlalu ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini kafe tidak terlalu ramai. Dan seperti biasa, Selene hanya berdiri di balik kasir sambil menatap depan lurus-lurus dengan ekspresi datarnya. Berbeda dengannya, dua pekerja wanita lainnya malah sibuk bergosip di dapur.

Pintu kafe terbuka, dan seorang pria yang sudah beberapa hari ini selalu datang ke kafe kini terlihat lagi. Selene hendak ke belakang, memanggil para pekerja lainnya untuk segera melayani pria itu, tapi dia malah dihentikan. "Tunggu." Selene berhenti melangkah, menoleh, dan menatap pria itu datar.

"Saya hanya mau pesan croissant dan cheese cakenya. Masing-masing dua." Selene mengangguk dan saat itu para karyawati ke luar dari sarangnya.

Wanita itu kembali ke tempat kasir, lalu tak lama kemudian pria itu berdiri di hadapannya. "Delapan puluh lima ribu," ucapnya pelan. Sang pria langsung mengangguk dan memberikan selembar uang bewarna merah kepada Selene.

"Kalau kamu nggak keberatan, apa saya bisa bicara sebentar sama kamu?" tanyanya pelan. "Kebetulan kafe sedang nggak ramai." Selene menatap pria di depannya datar. Tapi beberapa saat kemudian dia ke luar dari bilik kasirnya, mengikuti pria itu yang sekarang duduk di salah satu kursi kafe.

"Kamu masih ingat saya kan?" tanyanya sambil menatap manik Selene.

Selene mengangguk. "Dokter Lucas."

Lucas langsung sumringah. Dia tersenyum sampai kedua mata di balik kacamatanya menyipit. "Kalau dilihat-lihat, kamu sepertinya nggak asing. Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Selene masih terdiam sebentar. Kemudian tangannya menunjuk rumah sakit dan segera dia turunkan. "Saya pernah bekerja di rumah sakit itu."

Lucas berubah antusias. "Oh ya?" tanyanya lagi. "Bekerja menjadi apa?"

"...."

"Maaf. Saya nggak bermaksud untuk kepo. Saya hanya suka berpikir kalau muka kamu sepertinya nggak asing."

"Delapan tahun yang lalu, saya pernah magang di sana," balasnya lagi singkat, tanpa basa-basi.

Lucas langsung mangut-mangut. Dia mendorong dua paper bag di meja kepada Selene lalu menggaruk kepala yang sebenarnya tak gatal. "Buat kamu."

"...."

"Saya beli ini buat kamu."

"Dokter suka sama saya?"

Lucas langsung tertawa hambar. "Segitu kentaranya ya?"

Dan Selene juga tidak menjawab apa-apa. Tidak juga menggangguk. Apalagi memberi senyum.

"Kamu keberatan kalau saya suka sama kamu?"

"Saya nggak nyaman dengan pemberian ini," ucap Selene lagi sambil menunjuk paper bag di depannya.

Meaning of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang