CHAPTER 37

2.8K 113 21
                                    

Masih Delapan Tahun yang Lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih Delapan Tahun yang Lalu

Di bawah terik matahari di hari Minggu kala itu, hanya ada kesedihan yang Selene bisa ingat. Semua orang sibuk menangisi dua kuburan yang kini dipenuhi oleh berbagai macam bunga. Selene bersumpah, pemandangan Giselle yang sedang menangis histeris di samping dua kuburan itu tidak akan pernah dia lupakan.

Dia adalah penyebab semua ini terjadi. Selene yang mengambil orang tua Giselle. Dia sudah mengambil senyum di wajah wanita itu.

Matanya jatuh pada sebuah kuburan polos yang hanya terdapat salib dan batu nisan di depannya datar. Berbeda seratus delapan puluh derajad, semua orang sibuk menaruh simpati pada dua kuburan orang tua Giselle, sedangkan tak ada yang bersamanya saat itu.

Syal kuning di lehernya berkibar kencang karena angin berembus kencang walaupun cuaca sangatlah panas. Tatapan matanya tertuju pada kelopak bunga melati yang sepertinya terlempar karena angin. Dia mengambil bunga itu, lalu meletakkannya di atas kuburan Eugene.

Eugene Adrianno. Senyum pahitnya terpatri. Jenazah yang dikubur di sini adalah seorang Adrianno, tapi tak satupun keluarganya bersedia untuk melawat. Segitu buruknya citra yang Eugene buat sehingga membuat nama keluarganya sangat tercoreng.

Selene membalikkan badannya, dan saat itu syal kuningnya terbang dibawa angin. Dia membiarkannya terbang, tak memiliki keinginan untuk mengambilnya kembali. Syal kuning itu dia pakai guna untuk menutupi lehernya yang sempat dia sayat dengan pisau. Kini semua orang melihat sayatan itu di lehernya. Tapi siapa juga yang akan peduli padanya?

Dia terus berjalan, sampai seseorang berhenti di depannya. "Hey." Selene masih belum mengangkat wajah. "Buat kamu." Matanya mendapati sekotak susu di sana. Lantas wanita itu tersenyum pahit lagi. Dia mengangkat wajah, dan Ryan sudah berada di sana.

"Tiga kali." Ryan mengangkat alis, tak mengerti ucapan Selene. "Tiga kali." Selene mengulanginya lagi sambil mengangguk kecil.

Dia mengangkat wajah, lalu di bawah teriknya matahari itu, kedua matanya menyipit pada Ryan yang juga tengah menatapnya.

Angin berembus kencang, diikuti jantungnya yang perlahan mulai berdesir lembut. "Traktir saya."

Ryan semakin mengangkat alis. "Traktir saya yang benar." Selene mengambil kotak susu itu lalu meminumnya. "Dokter selalu memberikan saya susu kotak tapi saya juga butuh karbohidrat." Dia menjeda sebentar, lalu menoleh ke sekitar. "Jadi, traktir saya yang benar."

Satu Minggu Kemudian~

Saat itu Ryan bersama kedua temannya sedang antri makanan di kantin. Saat sudah pada gilirannya, dia menaikkan alis ketika mendapati Selene yang tengah berdiri di bilik counter. Wanita itu tersenyum samar, lalu memberikan dua ayam saus inggris dari tray di depannya dan menaruhnya di piring Ryan. "Next."

Ryan masih diam di sana sambil menatap Selene dengan mata menyipit. Keduanya sempat bertatapan beberapa saat. Lalu tatapan Ryan kembali pada piringnya yang kini terdapat sebuah ayam lagi di sana. "Next." Sekarang wanita itu mulai mengedarkan pandangan ke sekitar.

Meaning of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang