Keesokan harinya, Ryan datang ke rumahnya lagi setelah Pak Satpam mengizinkannya masuk. Dia sengaja mengambil cuti hari ini di rumah sakit. Ryan tidak mau mengambil risiko karena dia tidak bisa berbohong kalau pikirannya sedang sangat kacau sekarang.
Dia membuka pintu, dan tak mendapati siapapun di sana. Susah payah, dia menelan ludahnya.
Kakinya berjalan mendekati kamar tapi langsung berhenti begitu mendapati pintu itu terbuka. "Sel...."
Giselle sempat meliriknya sinis lalu mengabaikannya begitu saja. Ryan mulai mengikuti Giselle dari belakang. Dan ketika wanita itu hendak masuk ke kamar lagi, Ryan langsung mengenggam pergelangan tangannya. "Lepas!"
Ryan tersentak. Giselle menutup pintu kamar dan tak lupa langsung menguncinya agar Ryan tidak bisa masuk. Sedangkan Ryan, dia langsung menggedor pintu berkali-kali sambil memanggil nama Giselle, memohon untuk dibukakan.
"Giselle, please.... aku mau bicara sama kamu."
"...."
"Giselle, please...."
...
Satu jam kemudian, Ryan masih ada di depan pintu walaupun Giselle belum juga membukakannya. Benar kata Jonas, dia harus tetap sabar. Ini memang salahnya, dan dia harus tetap berusaha.
Tapi tiba-tiba pintu itu terbuka. Wajah Ryan langsung berubah cerah. Sepercik harapan langsung timbul di kedua matanya. Kedua mata itu mengerjap dan langsung menatap Giselle yang tengah berdiri di sana sambil menatapnya datar. "Minggir. Aku mau menyiapkan makanan Max."
"Sel. Please, akuㅡ"
"Nggak denger? Minggir. Aku mau menyiapkan makanan Max!" Suara Giselle terdengar lebih kencang dari sebelumnya. Wanita itu ingin sekali menendang Ryan tapi dia benci sebuah fakta kalau dia tidak tega melakukannya.
Sialan. Atas semua yang sudah Ryan lakukan padanya kenapa dia masih sangat mencintai pria ini?!
Ryan menyingkir, membiarkan Giselle untuk lewat. Dia mulai mengikuti wanita itu dari belakang. "Biar aku bantu."
"Nggak usah," balas Giselle sinis. "Aku dan Max bisa hidup sendiri tanpa kamu."
"Giselle...." Ryan mulai memohon di samping istrinya. "Aku sayang sama kalian."
Dan Giselle langsung tertawa sinis. "Lucu sekali."
"Maafin aku please."
"...." Giselle mulai mengabaikan Ryan. Setiap ucapan yang dilontarkan oleh pria itu sekarang mulai dia abaikan. Giselle hanya tidak bisa mempercayainya lagi. Dulu saja pria itu juga sering melontarkan kalimat-kalimat penuh cinta kepadanya. Dan apa yang terjadi? Dia tetap mengkhianatinya.
Ryan menyentuh tangan Giselle tapi wanita itu langsung menepis kasar. Giselle berdecak sambil memberikan tatapan tajamnya pada pria itu. "Aku jijik sama kamu. Pergi sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Meaning of You
Romance[Completed] Giselle selalu menganggap kalau keluarga kecilnya adalah keluarga yang sangat sempurna. Tidak ada yang membuatnya lebih bahagia daripada berkumpul bersama keluarga yang sangat dia sayangi. Tapi berbagai keanehan yang berujung pada peruba...