CHAPTER 4

2.2K 144 1
                                    

"Pulang?" tanya Ryan kepada Giselle yang terlihat masih anteng di tempat duduknya sambil bermain ponsel, lalu sesekali menoleh ke samping, tersenyum kepada Ryan yang tengah bermain bersama Max

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pulang?" tanya Ryan kepada Giselle yang terlihat masih anteng di tempat duduknya sambil bermain ponsel, lalu sesekali menoleh ke samping, tersenyum kepada Ryan yang tengah bermain bersama Max.

Melihat raut Giselle, Ryan tahu kalau wanita itu sebenarnya masih belum mau pulang. Telunjuknya menunjuk Max yang sekarang tengah tertidur di dalam gendongannya lalu mulutnya terbuka lagi. "Max sepertinya sudah lelah."

Giselle mengerjap, lalu dia akhirnya mengangguk. Saat itu kedua matanya membulat ketika mendapati seorang pria tiba-tiba mendatanginya lalu memeluknya dan mengecup pipi kanan kirinya begitu saja tanpa mengucapkan apa pun.

Kedua mata itu semakin membelalak begitu menyadari siapa yang baru saja melakukan hal itu kepadanya.

"Lo gila?" tanyanya dengan nada tak percaya. Tatapannya jatuh kepada Ryan yang kini tengah menyatukan kedua alis dan menatapnya curiga.

Pria yang tiba-tiba memeluk dan mengecup pipi kanan kirinya itu hanya menyeringai, membuat wajah Giselle semakin memerah, menahan kesal. "Pergi nggak lo dari sini? Lo ngapain di sini, sih?" tanyanya lagi dengan nada tinggi.

"Buset, kalau marah-marah gini lo makin cantik, Gi," ucap pria bertubuh kekar tersebut sambil mengamati penampilan Giselle dari atas sampai bawah dengan tatapan menilai. Yang mana hal itu berhasil membuat mata memicing Ryan berpindah kepadanya tidak suka. "As always, lo makin cantik."

"Samuel, lo jangan buat masalah ya." Giselle bangkit berdiri, menarik Samuelㅡnama pria gila ituㅡdari sana agar suara bernada tinggi beserta umpatan-umpatannya tidak mengganggu Max yang tengah tertidur.

Keduanya memisahkan diri dari Ryan dan Max, lalu Giselle langsung bersedekap dan menatap Samuel tidak suka. "Lo ngapain sih? Gila ya lo? Gue udah nikah!"

"Gue tau," balas Samuel tidak peduli. Bahunya terangkat dan kedua matanya menatap Giselle dengan seringai yang masih setia di wajah. "Kakek lo yang mengundang gue dan keluarga gue ke sini. Lo tau kan kalau keluarga kita sangat dekat?" tanyanya sambil menaikkan kedua alis.

Giselle balas menaikkan alis, terlihat tak tertarik untuk menjawab pertanyaan Samuel. "Gue jadi penasaran. Emang lo nggak nyesel nikah sama ..." Samuel menoleh ke arah Ryan yang tengah mengamati mereka serius, lalu dia kembali pada Giselle dan menatapnya dengan sudut bibir terangkat ke atas. "... sama pria nggak berguna itu?"

Keberadaan Samuel saja sudah membuatnya sangat terusik, apalagi jika pria itu membuka mulutnya, dia akan jauh lebih terganggu. Pokoknya kehadiran Samuel di depannya itu saja sudah membuat hatinya auto suram. "Apa maksud lo, dia suami gue. Dan dia Ayah dari anak gue."

"Gi, lo harusnya nikah aja sama gue. Gue bisa kasih lo kebahagiaan dan semua yang lo mau."

Giselle mendengus lalu memberikan tawa mengejek. "Kalau lo lupa, lo mengatakan kalimat yang sama sepuluh tahun yang lalu, dan gue mau mengingatkan lo, kalau lo sendiri yang selingkuh dari gue," balas Giselle sinis. "Playboy kayak lo itu nggak pantes bahagia, tahu nggak?"

Meaning of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang