Tujuh Tahun yang Lalu
Sudah hampir sepuluh menit wanita itu termenung di tempat dengan tangan yang menggenggam ponselnya. Pandangannya tak bisa berhenti menatap sebuah layar ponsel berisikan pesan yang dikirim oleh Ryan tadi. Tiba-tiba sebuah pesan muncul lagi di sana, dan dilema di hatinya semakin membesar.
Ryan:
Lin? Kenapa nggak jawab? Sibuk ya? Kalau nggak sibuk, bisa ke bangsal VVIP sekarang?Belum tiga puluh menit berlalu sejak Selene bertemu Gandra Adrianno dan mengetahui sebuah fakta kalau Ryan ternyata menjalin hubungan bersama wanita lain, yang naasnya adalah kakak sepupunya sendiri, Giselle Adrianno.
Selene tertawa getir. Dia menunduk, meremas ponselnya erat lalu menggelengkan kepala. Di sini harusnya Selene merasa marah, tapi bagaimanapun, dia tidak bisa meluapkannya. Bukannya dia tidak bisa, tapi Selene tahu kalau dia tidak boleh melakukannya.
Sampai di kantin rumah sakit, Selene sontak langsung menahan napas begitu mendapati Giselle sedang duduk di salah satu kursi di sana. Mendapati kehadiran Selene, Giselle langsung tersenyum lebar lalu melambaikan tangannya ceria.
Wajah Selene masih belum ada ekspresi. Tapi melihat Giselle yang sangat ceria itu, dia memaksakan diri untuk tersenyum samar. Selene menghampiri Giselle lalu dia duduk di depan wanita itu. "Kok lo di sini?" tanya Selene pura-pura tersenyum. "Biasanya lo kan suka di lobby rumah sakit, menunggu dokter lo itu kan." Selene tidak pernah menyangka kalau 'dokter' yang Giselle tidak pernah ceritakan namanya itu adalah kekasihnya sendiri.
"Hari ini sahabatnya dia meninggal."
Selene hanya terdiam. Wajah Giselle terlihat sangat sedih dengan mulut yang ditekuk. Dia menunpukan wajahnya di atas kedua telapak tangan di meja. "Menurut lo, kalau lo jadi gue, gue harus gimana?"
"...."
Selene menatap Giselle dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. "Gue pingin banget hibur dia, tapi gue nggak tau gimana caranya." Giselle mulai bersuara lagi, kali ini nadanya terdengar lebih sedih. "Lo tau, sahabatnya ini yang paling deket sama dia. Gue nggak bisa bayangin gimana sedihnya dia sekarang."
"...."
"...."
Selene hanya terus menatap Giselle. "Kalau begitu," lalu tiba-tiba dia tersenyum samar dan mengangguk kecil sambil menarik napas. "Just be by his side." Selene tersenyum samar, berusaha menenangkan Giselle. "Lo nggak perlu ngapa-ngapain. Cuma di sampingnya, dan jangan pernah tinggalin dia."
Giselle mulai mendengarkan saran Selene serius. "Suruh dia menangis. Suruh dia untuk mengeluarkan semua perasaannya. Karena lo sendiri tau kalau semua sesak itu harus ditahan, itu rasanya sangat nggak nyaman."
"Trus?" Giselle mulai tertarik.
"Kalau dia nangis," Selene menarik napas panjang lagi. "Tepuk punggungnya. Kasih tau kalau dia sedang nggak sendirian di sini. Biar dia tau kalau lo ada sama dia dan lo selalu siap buat dia. Just be by his side."
KAMU SEDANG MEMBACA
Meaning of You
Romance[Completed] Giselle selalu menganggap kalau keluarga kecilnya adalah keluarga yang sangat sempurna. Tidak ada yang membuatnya lebih bahagia daripada berkumpul bersama keluarga yang sangat dia sayangi. Tapi berbagai keanehan yang berujung pada peruba...