CHAPTER 10

2K 98 4
                                    

Jangan lupa diputer ya lagunya sembari baca part ini. Thank you 🤍

Selene ke luar dari dalam dapur rumah makan ternama yang sudah menjadi tempat bekerjanya selama delapan bulan terakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selene ke luar dari dalam dapur rumah makan ternama yang sudah menjadi tempat bekerjanya selama delapan bulan terakhir. Dia segera menghampiri wanita cantik yang tengah duduk di salah satu kursi bersama seorang bocah kecil. Senyum samarnya terpatri, dan dia langsung berdiri di samping meja itu. "Sudah gue bilang berapa kali untuk nggak datang ke sini lagi, Kak?" tanyanya. Dia menoleh pada sang bocah, lalu tersenyum samar. "Hai, Max."

"Hai Aunty Selene," balas Giselle sambil melambaikan tangan kecil Max kepada Selene. "Gue baru tau kalau sikap lo sama pelanggan ternyata segalak ini." Giselle mengangguk dengan kedua mata menyipit. "Gue mau makan malam di sini. Nggak papa, kan?"

Selene menghela napas panjang, sudah menduganya. "Kalau gitu lo bisa pesan sama salah satu waiter di sini, Kak. Bukannya menyuruh orang untuk manggil gue. Kerjaan gue di dalem masih banyak kalau lo mau tau."

"Ups, sorry kalau gitu," balas Giselle singkat. Dia mengedarkan pandangan ke seluruh tempat makan yang ramai itu dan beberapa pelayan yang tengah mengamati mereka berdua dengan penasaran. Tentu saja ini bukan yang pertama kalinya wanita cantik itu datang ke sini, dan mereka tentunya sangat penasaran mengenai hubungan antara dua wanita berbeda kasta itu.

"Kenapa lo nggak dateng ke ulang tahunnya Kakek kemarin?"

Selene ikut mengedarkan pandangannya ke sekitar, merasa risih karena mulai ditatapi dan diperhatikan. "Gue sibuk waktu itu," balasnya pelan.

"Sibuk?" tanya Giselle sambil mengangkat alis. "Gue kan udah bilang sama lo, kalau lo mau kerja di rumah sakit lagi, itu nggak apa, Lin. Lo kan juga pernah magang di sana. Jadi, kalau lo mau melamar kerja di rumah sakit, pasti lebih mudah. Apalagi lo juga salah satu cucunya yang punya rumah sakit kan."

"...."

Giselle mengamati penampilan Selene dari atas sampai bawah, lalu raut kasihan itu langsung terpatri di wajahnya. "Lo tau kalau lo seharusnya nggak perlu berusaha sesusah ini."

Dan Selene hanya menghela napas panjang lagi. Dia mengangguk singkat, lalu menoleh ke sekitarnya, lagi. "Gue nyaman kerja di sini," balasnya sambil menunjuk sekitar. "Jadi, lo mau pesan apa? Gue harus kembali ke dalam sekarang."

Giselle mengeluarkan sebuah amplop dari dalam tasnya, lalu sebelum dia memberikannya kepada Selene, wanita bertubuh kurus itu sudah menolaknya terlebih dahulu. "Ayolah, Lin. Setidaknya lo harus mau terima ini."

Selene menggeleng lagi. "Gak, Kak," cicitnya pelan. "Gue cuma nggak mau nyusahin keluarga lo aja."

"Memberi lo uang nggak akan buat keluarga gue jatuh miskin. Terima ini." Giselle tetap berusaha keras. Dia memaksa Selene untuk membuka tangannya dan menerima amplop itu. Tapi saat itu kedua matanya membelalak. "Tangan lo!"

Meaning of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang