CHAPTER 3

2.8K 162 7
                                    

Delapan Tahun yang Lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Delapan Tahun yang Lalu

Seorang wanita tengah berjalan dengan pandangan kosong. Wajahnya pucat pasi, dan bibirnya kering. Kedua mata yang biasanya selalu memancarkan sorot binar itu kini meredup, dan hanya ada sorot hampa di sana. Kakinya terus melangkah tanpa arah, karena dia memang sedang tidak mempunyai tujuan. Tujuannya sudah hilang....

Lalu beberapa saat kemudian, kedua matanya mengabur. Dia mengangkat sudut bibirnya ke atas, ah mungkin ini semua karena dia yang belum makan apa pun selama satu hari ini. Pandangannya berkunang-kunang, telinganya pengang, dan kepalanya berputar-putar. Banyak orang yang berlalu lalang di sekitarnya, tapi dia merasa kalau sekitarnya sangat hening.

Dan dalam sekejap, pandangannya berubah menjadi gelap.

...

Kedua mata berbulu mata lentik itu terbuka. Alisnya langsung menyatu, lalu tangannya memegangi kepala sambil sesekali meringis kecil. Kedua matanya mendapati sebuah kotak susu yang kini berada di depan wajahnya, lalu tatapannya merambat ke samping, kepada seseorang yang ternyata menjadi dalangnya.

Kedua matanya yang kosong itu mulai mengerjap-ngerjap saat mendapati seorang pria tampan yang sedang tersenyum tipis kepadanya sambil menunjuk sekotak susu itu. Pria itu menusukkan sebuah sedotan di kotak susu, lalu mengarahkannya lagi kepada wanita di depannya. "Kamu bisa meminum ini setelah sepuluh menit lagi," ucapnya lagi sambil memperbaiki selimut wanita itu.

"Kamu..." Kedua mata wanita itu memicing. Lalu ketika dia mendapati sebuah ID Card yang dikalungkan pada lehernya, dia mulai paham kalau pria itu adalah seorang dokter.

"Tadi saya nggak sengaja menemukan kamu pingsan di koridor rumah sakit. Lalu kami melakukan beberapa pemeriksakaan kepada kamuㅡnama dokternya adalah dokter Nandoㅡnanti kamu akan mengetahuinya dan dia akan menjelaskan lebih lengkap lagi kepada kamu."

Tapi dia sama sekali tidak mendengarkannya. "Orang tua saya baru meninggal," balas wanita itu sambil mengerjapkan kedua matanya yang tiba-tiba berubah panas.

"Maaf. Saya tidak tau."

Lalu wanita itu menatap dokter di sampingnya dengan diam. "Dokter Ryan," panggilnya pelan dengan suara parau. Ryan langsung menoleh kepadanya dengan kedua alis yang terangkat ke atas. "Apa yang harus saya lakukan sekarang?"

"Hmmm?"

"Bagaimana saya bisa tetap hidup kalau orang tua saya sudah meninggalkan saya sendirian sekarang?" tanyanya lagi dengan kedua mata yang sudah berair. Ryan menoleh ke sekitar, lalu segera beranjak dan menutup tirai kasur di bangsal UGD itu. Dia kembali ke tempatnya, dan duduk di depan wanita yang sekarang tengah menangis sesenggukan.

Ketika wanita itu hendak duduk, Ryan langsung mencegahnya. "Saya mau duduk," balasnya sambil menghapus air mata di wajah.

"Bukannya dokter punya tugas untuk menyembuhkan penyakit seseorang? Kenapa kalian nggak bisa melakukannya pada orang tua saya?"

Meaning of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang