CHAPTER 36

2.9K 109 15
                                    

Silakan diputar lagunya sembari baca part ini ya. Terima kasih. 🤍

Lagu ini bener-bener mendeskripiskan chapter ini. Jadi, tolong baca chapter ini pelan-pelan sambil meresapi lagunya yaa. Terima kasih. 🤗🤍

-8 tahun yang lalu-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-8 tahun yang lalu-

Sekujur tubuh Selene terasa seperti hampir remuk. Selene harus jujur kalau mungkin malam ini dia pasti akan susah tidur tenang walaupun tubuhnya sangat lelah dan otaknya memerintahkannya untuk melakukannya.

Bagaimana bisa dia tidur dengan tubuh ini? BagaimanaㅡSelene memejamkan kedua matanya. Menghela napas, lalu perutnya mendadak mulai mual. Sekejap, sensasi jari-jari yang sibuk menggerayangi tubuhnya itu teringat lagi. Perutnya semakin mual tapi Selene harus bisa menahannya.

Dadanya sesak, tapi dia tidak bisa menangis. Entah mengapa sejak tadi air matanya sama sekali tidak ke luar. Daripada menjadi orang yang menangisi nasibnya, Selene sekarang tampak seperti seorang wanita yang bingung dengan hidupnya sendiri.

Wanita itu menatap tangannya yang tengah dijahit datar. Seorang pria di depannya tengah 'mengoperasi' tangannya dengan sangat serius. Mereka sudah duduk berhadapan dalam posisi diam selama sepuluh menit.

"Nggak sakit?" tanya Ryan tanpa menatap Selene. Tatapannya masih fokus pada telapak tangan wanita itu.

"...."

Tak mendapati jawaban apapun, Ryan mulai mengangkat wajah. Selene sedang mengalihkan padangannya ke sekitar. Tatapannya tampak kosong disertai sorot hampa di sana. Saat itu Ryan mulai memperhatikan keadaan Selene lebih lama dari sebelumnya.

Wajah wanita itu terlihat pucat. Rambutnya dikuncir asal-asalan, membuat beberapa helai jatuh di wajahnya. Kedua matanya masih menyorot hampa, tapi beberapa saat kemudian memerah tanpa alasan yang Ryan tidak bisa mengerti.

Wanita di depannya sudah tampak seperti manusia tanpa nyawa. Tatapan Ryan turun pada kaos tipis yang terlihat lusuh. Ada beberapa robekan di bawah kaos itu, membuat keadaannya makin tampak mengenaskan. Lalu saat tatapan Ryan semakin turun ke bawah, tanpa sadar tubuhnya membeku. Hanya melihatnya saja, Ryan sadar apa yang baru saja terjadi pada wanita itu. Ada bercak darah di sana.

Cepat-cepat dia menaikkan pandangan ke atas lalu menghela napas berat. Ryan memutuskan untuk meletakkan tangan Selene di atas meja terlebih dahulu lalu bangkit berdiri.

Tak lama kemudian, dia kembali sambil membawa sebuah cup mie instan yang sudah siap untuk disantap. "Kami memang selalu menyediakan ini di ruangan residen. Sebagai jaga-jaga saja," ucapnya sambil menatap Selene yang masih melamun.

"...."

"Hey," ucapnya pelan sambil memegang pundak Selene. Wanita itu langsung terkesiap, dan sedikit memekik kecilㅡterlihat sangat terkejut. Dia menyentuh kepalanya dan memejamkan kedua mata. "...." Ryan hanya terdiam.

Meaning of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang