CHAPTER 34

2.7K 150 35
                                    

Pasangan suami istri itu sudah duduk berhadapan dalam kondisi diam-diaman selama hampir sepuluh menit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pasangan suami istri itu sudah duduk berhadapan dalam kondisi diam-diaman selama hampir sepuluh menit.

Kedua tangan Giselle menyatu di atas meja dengan tatapan kosong. Sedangkan Ryan, pria itu hanya menunduk sambil sesekali mengeluarkan beberapa helaan napas berat.

"Aku mau tanya sama kamu." Suara serak Giselle langsung membuat Ryan terduduk tegak. Pria itu langsung menatap istrinya dengan serius, menanti-nanti apa yang akan ditanyakannya.

"Apa alasan kamu melakukan semua ini ke aku?" tanya Giselle dengan tatapan dingin. "Ryan," panggilnya pelan. "Aku tau mungkin selama ini aku nggak bisa menjadi istri yang baik." Ryan langsung menggelengkan kepala kuat-kuat tapi Gisele terus melanjutkan ucapannya. "Aku manja, kekanakan, seenaknya sendiri, dan seperti yang kamu tau, aku bisa paham kalau semua ini terjadi karena keluarga aku yang selalu merecoki rumah tangga kita."

"Tapi kita berhasil bertahan selama enam tahun, Ryan." Giselle hampir menangis tapi sekuat tenaga dia tahan. "Kita berhasil bertahan sebagai pasangan suami istri yang saling mencintai."

Ryan terus menggelengkan kepalanya, menduga kalau sesuatu yang buruk akan segera terjadi.

Dan pada saat itu, Giselle tak bisa menahan dirinya untuk menghentikan air mata yang tiba-tiba sudah menetes. Bibirnya bergetar dan kedua mata wanita itu langsung terpejam. "Aku nggak papa kalau kamu marah-marah sama aku, kalau kamu meluapkan semuanya ke aku. Aku nggak papa, Ry. Karena aku istri kamu."

"Tapi kenapa kamu malahㅡ" Giselle menunduk. Bahunya bergetar hebat diiringi isak yang tak berhenti keluar. "Kenapa kamu malah meluapkannya ke wanita lain," ucapnya sambil menangis. "Dan kenapa itu harus Selene," tambahnya lagi.

Ryan hendak menghampiri Giselle tapi wanita itu langsung melayangkan kedua tangannya di udara. "Duduk di sana. Aku masih belum bisa deket-deket sama kamu."

Ryan lantas dengan berat hati langsung duduk di tempatnya lagi. "Jadi aku pikir kalau jalan yang terbaik untuk hubungan ini adalah dengan mengakhiri semuanya, Ryan."

"Giselle!" Suara Ryan langsung mendesis di udara, terdengar sangat panik.

Keduanya saling menatap. "Maafin aku, aku mohon...." Ryan langsung memberikan tatapan penuh permohonannya. "Aku janji nggak akan melakukannya lagi, Sel. Please, please, please. Jangan bilang itu lagi."

"Kamu seharusnya tau kalau ini yang akan terjadi waktu kamu main api sama wanita lain, Ryan."

Ryan terus menggeleng, meracau kalau dia tidak mau menuruti Giselle. "Aku tau aku yang salah. Aku gila waktu itu. Aku nggak bisa pikir jernih waktu itu. Tolong, Sel. Tolong, please. Aku masih sayang banget sama kamu dan Max."

"Max?" tanya Giselle dengan nada lirih. "Kalau kamu sayang Max kamu nggak akan lakuin ini, Ry."

Ryan semakin panik. "Apa kamu nggak pikirin Max waktu kamu bersama Selene?" tanya Giselle. Dia memaksakan diri untuk bisa menatap Ryan walaupun hatinya berdenyut nyeri lagi. "Nggak kan? Karena kamu sangat bersenang-senang waktu itu."

Meaning of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang