WIFEY BY TRARAMADHANY
Instagram : @traramadhany & @hf.creations
*****
Dengan embusan napas lelah, Abel mendorong satu daun pintu lebih menganga lebar, melepas sepasang sepatunya dan ditaruh di atas rak, lalu kembali menutup pintu dan melemparkan dirinya ke sandaran sofa.
Seperti biasa, seperti rutinitas membosankan yang sudah-sudah, ia berakhir mengembuskan napas dan berdiam sendirian. Nini tidak ada di sini, tidak pula dengan suara wanita itu. Dan rasanya—ia teramat ingin menancap Mercedes Benz-nya untuk menemui wanita itu, memangkas habis semua rindu-rindunya.
Tetapi kemudian, ia sadar bahwa ia belum bisa. Ia belum harus melakukannya.
Kesalahan yang ia buat, yang berimbas pada hubungan mereka yang merenggang lebar-lebar, menyadarkannya bahwa Nini perlu waktu menyendiri. Dan hal sialan itu pula lah, yang membuat Abel teramat ingin meremukkan kepalanya sendiri. Karena penyebab semua itu, karena pemantik permasalahan itu, karena pemacu kebencian itu.
Ia. Dirinya. Semuanya berawal karena kebodohannya.
Jika saja ia tidak terlalu syok untuk segera mencetuskan bahwa Nini bukanlah seorang gadis, mungkin mereka baik-baik saja sekarang. Namun respons tubuhnya benar-benar ikut mengagetkannya saat itu, hanya karena satu bukti yang bahkan belum tentu menjelaskan bahwa Nini bukan perawan.
But everything has already happened, karena kini ia berakhir sendirian.
Seandainya ia memiliki peluang untuk memutar waktu, mungkin ia masih bisa melihat Nini menonton 'Steven Universe Future' di ruang televisi, melihat Nini di kamar sedang mengeringkan rambutnya, mendengar gerutuan Nini, menerima pelototannya, menemukan barang-barangnya, menyen—
Stop. Ia tidak harus mengingat itu semua sekarang. Karena tentu saja, ia tetap tidak dapat berbuat apa-apa, kendati tahu di mana Nini dan dengan siapa dirinya. Ia tetap tidak bisa melakukan apa-apa. Yang perlu ia lakukan sekarang adalah, mengisi perut kosongnya yang tidak diisi sejak pukul satu siang tadi. Sehingga kini, seolah ada ribuan pengemis beserta suara minta tolongnya untuk diberi beberapa suapan.
Abel menarik malas tas kerjanya menuju lantai atas, tempat di mana kamarnya berada. Ia melepas satu per satu kancing kemeja, melemparnya menuju keranjang pakaian kotor dan jatuh karena tidak masuk secara tepat.
Mengembuskan napas kesekian, Abel beranjak untuk memasukkan secara langsung kemeja kotornya ke dalam keranjang, lantas tidak menunggu lagi untuk masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Begitu selesai membersihkan diri dan berpakaian, Abel bergegas masuk ke area dapur. Mencuci bersih satu takar beras, memasukkannya ke dalam rice cooker, kemudian disambungkan ke aliran listrik.
Di dalam kepala, ada sugesti-sugesti yang menyuruhnya untuk merebus sebungkus mi instan, pilihan paling simpel untuk perut keroncongan. Namun setelah sadar bahwa ia telah tiga hari berturut-turut tidak makan secara teratur, ia memilih menggorengkan telur, dicampur bersama irisan bawang dan potongan kacang panjang. Resep kesukaannya.
Begitu menyelesaikan telur dadarnya, ia menumis sayur, ditaburkan sedikit penyedap rasa yang mati-matian dilarang Mama agar tidak dikonsumsi, tapi kemudian dikonsumsi juga.
Merasa cukup dengan dua menu tersebut, Abel menyunggingkan senyum lebar. Ia menghidangkannya di atas meja di ruang makan, lalu kembali ke dapur untuk meraih satu piring untuk diisi nasi.
Ia membuka rice cooker, melotot saat beras yang sebelumnya dimasukkan ke dalam masih belum berubah menjadi nasi. God! Ia lupa menurunkan tuas ke mode cook!
KAMU SEDANG MEMBACA
WIFEY
RomanceAbel tetap menikahi Nini Samara meski tahu istrinya itu membenci semua laki-laki. Dan sebagai wanita yang tidak memiliki simpati terhadap lelaki, Nini tidak mengacuhkannya. Tapi dunia tidak membiarkannya begitu saja. Ada saja kejadian menjengkelkan...