44 - Smile

4.1K 562 50
                                    

WIFEY BY TRARAMADHANY

Instagram : @traramadhany & @hf.creations

****

Nini berakhir hanya menyantap empat tangkup roti yang Abel olesi dengan selai karena tidak berselera sama sekali.

Ia sesekali akan menyendok selai lalu menjilat selai tersebut dengan jenuh. Sementara Abel sedang menyuci piring dengan celemek yang masih terpasang di pinggang.

Pria itu terlihat cekatan, juga sabar. 

Sabar karena beberapa menit yang lalu ia memasakkan banyak makanan supaya Nini mau sarapan, tetapi Nini menolaknya dengan gelengan. Ia bahkan menutup hidung karena mencium aroma nasi saja ia ingin muntah.

Abel ... he doesn't complain at all. 

Hanya beberapa menit sekali membalikkan badan dari dapur untuk bertanya apa Nini ingin dibuatkan kue? Atau mi? Atau waffle?

And Nini ... will always shake her head.

Sambil memangku dagu dan meletakkan sendok berisi lelehan selai, Nini menatap ponsel yang layarnya masih menyala.

Iky

Kamu aman kan, Ni? 

Nggak kecelakaan, kan?

Jangan chat lagi!

Iky

Masa karena aku 22 kita jadi musuhan?

Ini serius di-read doang?

P

P

Nini mendengkus, memutuskan memotong satu tangkup roti menjadi dua bagian kemudian mengunyah salah satunya.

Ia kembali menatap Abel bersama Bi Ummu.

"Nggak usah dibersihin semua, Tuan. Biar saya aja," cegah Bi Ummu saat Abel mengelap meja.

"Nggak apa-apa. Bibi bantu saya motongin buah, ya."

"Oh, siap. Buah apa, Tuan?"

Abel menggaruk leher. "Bi, nggak usah panggil Tuan."

"Nanti Nyonya ngomel," bisik Bi Ummu.

Abel tertawa pelan. "Yaudah kalau istri saya yang mau."

Bi Ummu menarik keranjang buah. "Yang mana nih, Tuan? Buah pir, apel, buah naga?"

"Semuanya aja. Nanti biar Nini bisa milih yang mana yang mau dimakan."

"Siap."

Nini menghela napas. Dari belakang mereka malah kelihatan kayak pasutri.

Abel kembali kepadanya dengan sepiring buah hasil potongan Bi Ummu. Ia menyentuh kening Nini lalu membuang napas dengan lesu.

"Kamu pucat. Syuting asked the doctor-nya nggak bisa diundur?" tanyanya khawatir.

"Nggak. Hari ini live." Nini melihat jam tangannya. "Aku mau berangkat."

Abel menusuk buah apel dengan garpu. "Buahnya dulu."

Nini menggeleng. "Kenyang."

"Satu aja."

Nini mengendus apel tersebut, membuka mulutnya pelan kemudian ragu-ragu mengunyahnya.

"Satu lagi," ucap Abel menusuk buah pir.

Nini melotot. "Tadi katanya satu aja."

"Iya satu lagi, terus nanti satu lagi, terus lagi, lagi."

WIFEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang