WIFEY BY TRARAMADHANY
Instagram : @traramadhany & @hf.creations
****
Setelah perseteruan yang terjadi beberapa menit yang lalu, Nini memilih duduk di atas ranjang penginapan dan memijit kepalanya di sana.
Tangannya ia rogohkan pada kantong plastik berisi cokelat, lalu mengunyahnya dengan perlahan.
Tangan yang lain ia bawa untuk meraih ponsel yang akhir-akhir ini ingin sekali dibanting karena kesulitan mengakses apa pun, dan begitu menemukannya ia hanya langsung membuka pesan dari Rifky yang berisikan permintaan maaf.
Bahwa ia telah mengatakan pada Abel Zahidan di mana Nini berada, dan itu alasan suaminya itu berada di Sumba sekarang.
Nini menarik napas, membuangnya, menariknya lagi, membuangnya lagi.
Kendati enggan, tangannya memasang kembali kartu seluler yang sempat ia lepaskan, menjajarkannya dengan kartu seluler baru yang ia gunakan selama di sini.
Butuh memakan waktu, sebelum pesan dari Vania muncul, disusul Yarava yang menanyakan keberadaannya, lalu Papa.
Nini segera membongkar ponselnya lagi, mengeluarkan kartu seluler tersebut.
Ia membuang cokelatnya dengan sembarang, beringsut menuju nakas untuk meneguk segelas air putih.
Kamu bukan melarikan diri. Kamu healing, dan untuk itu kamu perlu mengistirahatkan tubuh dan pikiranmu.
Tidak apa.
Kamu sudah melakukan yang terbaik.
Tarik napas, buang.
Nini melirik pintu kamar yang tadinya hampir akan didobrak oleh Abel karena masih ingin bicara. Nini yakin pria itu masih menunggu di luar sana.
Meletakkan gelas kosongnya, Nini beranjak keluar dari dalam kamar, menemukan Abel duduk di teras dengan tatapan kosong.
Ketika merasakan keberadaannya, pria itu cepat-cepat berdiri, hendak menarik tangan Nini, sebelum gagal karena Nini mempercepat langkah dan menghampiri pantai.
"We need to talk." Abel akhirnya berhasil meraih sebelah tangannya.
Nini memasang wajah datar, kemudian menatap Abel lurus-lurus.
"Aku tau siapa pelaku yang sudah menyebar—"
"I don't care about that," potong Nini. "Kenapa kamu gak pulang? Kenapa gak pergi? Kenapa masih di sini?"
"Aku akan pulang sama kamu."
"Buat apa? Aku cuma akan pulang untuk ngambil barang-barangku. Kalau bisa aku akan nyuruh orang buat ambil semuanya dari sana dan ngirim semuanya ke tempat tinggalku yang baru."
Hening.
Angin laut yang dingin, deburan ombak yang bergelombang, menjadi satu-satunya hal yang mengisi kekosongan saat itu.
"You're gonna leave me?" tanya Abel dengan suara lemah, nyaris seperti bisikan.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Dengan tatapan yang masih sama-sama terkunci, Nini menjawab, "Ya."
"Karena aku nggak ngerti kamu? Nggak tau apa yang terjadi sama kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
WIFEY
RomanceAbel tetap menikahi Nini Samara meski tahu istrinya itu membenci semua laki-laki. Dan sebagai wanita yang tidak memiliki simpati terhadap lelaki, Nini tidak mengacuhkannya. Tapi dunia tidak membiarkannya begitu saja. Ada saja kejadian menjengkelkan...