11 - Meet Vania

6.2K 762 12
                                    

WIFEY BY TRARAMADHANY

Instagram : @traramadhany & @hf.creations

****

Abel melajukan Mercedes Benz-nya membelah jalanan, sembari merenung mengenai rumah tangganya yang belum bertemu titik baik. Abel sadar bahwa ia begitu menginginkan Nini dan perseteruan yang tidak ada habisnya mulai membuatnya muak.

Cara Nini menghindarinya, cara Nini tidak menerimanya, menyakiti Abel secara membabi-buta. Ia tidak bisa terlihat baik-baik saja, tidak bisa terlihat seolah semuanya biasa-biasa saja.

It hurts like hell, dan Abel kesulitan mendeskripsikan bagaimana rasa tak kasatmata tersebut menyerangnya, sementara Nini bertingkah seolah semuanya bukan apa-apa.

Maka hari ini, setelah ia memikirkan berkali-kali tentang kesalahpahaman yang sempat terjadi, ia akhirnya memutuskan menemui Vania untuk meminta penjelasan.

Abel melirik arloji di tangan kiri. Lewat dari pukul tiga, kemungkinan besar istrinya sudah pulang. Abel bisa lebih leluasa bertemu Vania dan berbincang-bincang, sebab sepengetahuannya, Nini dan sahabatnya itu memiliki jam praktek yang berbeda, dan kemungkinan besar Vania masih berada di dalam rumah sakit.

It's time to know the truth.

***

Meski jam syuting 'Asked The Doctor' telah berakhir, Nini memilih tetap tinggal di studio, duduk di salah satu tempat duduk di sudut ruangan, menggulir layar ponsel dengan jari-jemari, membaca komentar demi komentar yang masuk setelah satu cuplikan dari siaran langsung 'Asked The Doctor' beberapa menit lalu dibagikan.

Ada banyak komentar positif. Pujian untuk Nini beserta pengetahuannya, parasnya, juga keeleganannya. Harusnya ia senang, harusnya juga senyumnya melebar. Namun akan terlihat konyol bila ia melakukannya, karena—bohong bila ia baik-baik saja. Ia tidak sedang baik-baik saja, entah karena apa. Yang ia tahu, ia telah menghabiskan lebih dari lima bungkus cokelat, dan mood-nya masih saja berantakan.

"Oh wow, lo masih di sini?"

Dokter Yarava muncul, menyunggingkan senyum tipis yang menjengkelkan. Dan mendadak Nini tahu salah satu sebab mengapa mood-nya memburuk.

"Lo nggak seharusnya nanya itu tadi," ketusnya.

"Kenapa?" Yarava mengernyit seraya tetap berdiri dan bersedekap. "Lo lihat di instagram? Banyak yang suka jawaban lo itu."

"Dan gue sama sekali nggak menyukai itu, Yarava."

"Wait, lo lagi bermasalah sama suami lo?"

Nini mengerang, segera bangkit sembari memelototi Yarava yang justru terkekeh seolah itu lucu. "Ini sama sekali nggak lucu," ucapnya dengan nada ketus yang sama.

"Hei, harusnya lo ambil sisi baiknya, mungkin dengan ungkapan itu, permasalahan lo sama suami lo bakalan berakhir. Iya, kan?"

"Shut up." Nini melirik tajam sebelum melangkahkan kakinya keluar dari dalam ruangan.

Menuju basement dan memasuki mobil, Nini meringis saat membayangkan bahwa Abel mungkin sudah melihatnya di rumah, dan Nini tidak punya pilihan lain selain mengulur-ulur waktu pulangnya. Ia harus mengunjungi tempat lain.

Ah, menemui Vania saja.

Begitu tiba di rumah sakit, Nini tetap membawa kantong plastik berisi cokelat miliknya. Ia beranjak masuk, tersenyum pada perawat-perawat yang memberi senyum. Saat akan berkunjung ke ruangan Vania, tubuhnya tertegun tatkala menemukan Papa di sana. Ayah mertuanya.

WIFEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang