WIFEY BY TRARAMADHANY
Instagram : @traramadhany & @hf.creations
****
Nini melenguh sembari menggeliat di atas ranjang. Ia melirik jam dinding, bereaksi biasa saja saat menemukan arah jarum jam telah melewati angka delapan. Di apartemen Vania ia selalu bangun nyaris jam sembilan, karena semalaman bersama Vania tentunya akan diisi dengan menonton Netflix atau bercerita tidak penting hingga pukul satu dini hari.
Tapi sekarang ia sudah tidak bersama Vania, tetapi bersama Abel yang sepertinya sudah bangun lebih awal.
Ia beringsut turun dari ranjang, melangkah keluar dari dalam kamar untuk mencari Abel yang ternyata tengah berada di dapur. Berkutat dengan alat-alat memasak.
Membuang napas, ia memilih segera mandi. Begitu selesai, ia mengenakan setelan formal miliknya, memoles wajah dengan tipis lantas menenteng tas menuju dapur. Saat menyadari keberadaannya, Abel menyunggingkan senyum cerah, menghidangkan dua mangkuk berisi sup ayam dan telur dadar.
Nini duduk di depan meja, meletakkan handbag cokelatnya di kursi sebelah. Di saat Abel nyaris saja akan mengisi piringnya dengan nasi, Nini menariknya, menggantikan pria itu untuk mengisi piring mereka berdua. Ia bahkan menyendokkan lauk, dan menuangkan kuah sup. Hal yang sebelumnya tidak pernah ia lakukan kepada orang lain.
"Terima kasih," ucap Abel, masih tersenyum.
Nini tidak menyahut, hanya mencibir di dalam hati bahwa Abel pasti senyum-senyum seperti itu karena berhasil menempel padanya sepanjang malam.
"ART-nya dimana?" celetuknya sembari memegang satu sendok makan.
Abel mengerjap. "Nggak ada ART, saya pikir saya bisa masakin sarapan setiap hari."
"Makan siang dan makan malam?"
"Kita makan di luar. Atau ... kamu mau saya yang masakin?" Nini menautkan alis, Abel melanjutkan, "Kamu—lebih suka masakan ART?"
"Terserah kamu, lagi pula ini rumah kamu, kan? Just do what you want."
Abel bergeming, sementara Nini telah memulai sarapannya dengan tenang. Wanita itu menjadi lebih dingin dari pertama mereka bertemu, menyesakkan perasaan Abel, juga melukai hati terdalamnya.
Rumah ini sedari awal memanglah rumahnya, rumah yang dibeli dengan uangnya. Namun Nini adalah istrinya, dan seharusnya wanita itu menganggap ini rumahnya juga.
"Ni..."
Nini tetap melanjutkan sarapan, tidak menghiraukan Abel yang bahkan belum menyentuh apa pun dari yang terhidang di atas meja.
"Saya—mau jelasin kesalahan waktu—"
"I'm full," sela Nini seraya menyilangkan sendok, meneguk air putihnya hingga kandas.
"Ni..."
Nini bangkit, menenteng handbag miliknya. "What?"
Sadar bahwa pembahasannya kali ini akan berimbas pada hubungan mereka yang mungkin akan semakin memburuk, Abel memutuskan mengubah topik pembicaraan.
"Saya mau langsung ke kampus juga, berangkat sama saya, ya..."
"Thanks, tapi gak perlu. Aku akan berangkat pakai mobilku sendiri."
"Oh—okay." Abel mengerjap, merogoh saku celananya dan mengeluarkan kartu debit dari dalam dompet. "Ini. Bisa kamu pakai untuk belanja apa pun," ujarnya sembari menyodorkan kartu tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
WIFEY
RomanceAbel tetap menikahi Nini Samara meski tahu istrinya itu membenci semua laki-laki. Dan sebagai wanita yang tidak memiliki simpati terhadap lelaki, Nini tidak mengacuhkannya. Tapi dunia tidak membiarkannya begitu saja. Ada saja kejadian menjengkelkan...