45 - Stop and Listen

4.3K 573 109
                                    

WIFEY BY TRARAMADHANY

Instagram : @traramadhany & @hf.creations

****

Kendati harus berangkat pagi-pagi sekali karena ada seminar, Abel masih bisa menyempatkan dirinya memasak sarapan untuk Nini. Semua makanan yang dimasak oleh Bi Ummu, Nini tolak. Sempat membuat ART mereka itu sakit hati tetapi segera ditenangkan oleh Abel dengan mengatakan bahwa ia akan memakannya saat pulang nanti.

Dan di sinilah Nini sekarang, masih di rumah dengan jus buah yang Abel buatkan. Ia hanya meminumnya setengah, tidak bisa dipaksakan lagi atau akan berakhir muntah.

Vania : Gimana kalau kita ke Most? Mau nyoba dimsumnya hikss.

Dira : Gue oke oke aja, sih. Buntu banget otak gue, butuh bir.

Afni : Lah lo belum pernah nyoba, Van?

Vania : Baru yang ayam T_T

Afni : @Nini @Anni gimana bumil?

Anni : Gak bisa kayaknya aku wee, perutku gak enak.

Vania : Oke, nggak pa-pa, Ann. Nini gimana?

Nini berpikir sejenak, menatap lurus isi chat di grup 'Hootie'. Mungkin di Most ia bisa mencoba banyak makanan yang tidak membuatnya mual.

Nini : Oke, gue ikut.

Vania : Yeayyy. Anni kalau berubah pikiran langsung nyusul ke Most, yakkk.

Anni : Yooo.

Afni : Cek ke gue kalau perutnya makin aneh, Ann. Jangan biarin.

Anni : Iya, Af. Nantilah kalau sempat, kayaknya pun mau ijin aku hari ini.

Vania : Sehat-sehat bumilku.

Menutup sesi chat, Nini memilih keluar dari dalam kamar dan duduk di sofa ruang tamu. Bi Ummu yang tengah membersihkan sudut-sudut guci dengan kemoceng, diam-diam melihat.

"Nya, mau saya potongin buah?" tawarnya. Kendati sebenarnya hanya basa-basi karena ia cukup lelah pagi ini.

Nini menggeleng, mengucap terima kasih. Bi Ummu mendesah lega, semoga saja Nini tidak berubah pikiran dan menyuruhnya aneh-aneh. Ia sedang tidak dalam kondisi bisa mengabulkan apa-apa.

"Bi."

Bi Ummu menoleh, melihat Nini yang menyender lesu di lengan sofa.

"Sini sebentar, saya mau cerita."

Bi Ummu sedikit melotot. Jika Nini ingin membahas tentang betapa santainya ia selama ini, ia tidak bisa menjawab.

Rumah ini besar, sudah bersih. Dan perihal memasak, Abel Zahidan selalu ingin membantu. Cucian sedikit, taman belakang juga terawat. Ia bahkan sering tertidur di gazebo karena terlalu nyaman.

Rasanya ingin kabur saja sekarang.

"Eee—itu nyonya, saya harus ke belakang."

Bi Ummu menelan ludah tatkala Nini menatapnya sambil menyipit tajam. Pada akhirnya ia duduk juga di atas sofa, berseberangan dengan wanita anggun di hadapannya.

"Bibi punya anak, nggak?" mulai Nini, masih dengan posisi bersandar di lengan sofa.

"Ohh, punya. Ada dua, Nyonya. Yang paling besar namanya Tito, yang bungsu namanya Tari. Kalau di rumah mereka sering berantem, berantemnya karena ba—"

WIFEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang