24 - It's You

5.1K 668 27
                                    

WIFEY BY TRARAMADHANY

Instagram : @traramadhany & @hf.creations

****

Matahari sudah tenggelam saat mereka tiba di rumah, dan Nini segera menyuruh Abel masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang berpeluh. 

Pria itu masih saja memperlihatkan wajah tidak bersahabat, terutama setelah Nini mendebatnya—bahwa ia tidak pernah ingin peduli dengan larangan, karena tahu yang ia lakukan adalah benar.

Begitu Abel keluar dari dalam kamar mandi hanya berbalutkan handuk, lantas menyibukkan tangan-tangannya memilih pakaian di dalam lemari, Nini menyadari bahwa ada luka lain di betis suaminya.

Apa yang telah dilakukan Candrana sialan itu sehingga suaminya bisa lecet-lecet begitu?!

Nini membuang napas, memutuskan memeriksa laci-laci tempat ia menyimpan sebagian obat. Di saat Abel telah selesai berpakaian, ia meminta pria itu duduk sebentar di atas ranjang, dengan posisi kaki ditekuk agar Nini bisa mengolesinya dengan obat.

"Okay, I'm sorry. Aku nggak pernah memiliki niat untuk melakukan hal-hal di luar batas sama laki-laki lain," ucapnya.

"Kamu memang nggak bisa melakukan itu," sahut Abel.

"I can, of course I can," sanggah Nini. "Aku selalu bisa melakukan apa pun."

Paham bahwa semua pembelaannya pada diri sendiri hanya akan membuatnya kesulitan untuk membujuk Abel, ia menghela napas.

"Aku udah nyuruh Brian untuk nggak muncul di hadapanku lagi. Kami selesai."

Abel menatapnya lurus, belum memberi tanggapan.

"Sekali orang buat aku terluka, aku akan sulit melupakan itu. Mungkin aku bisa maafin dengan mudah, tapi aku akan selalu ingat semuanya. Aku pernah baca kalau ada hal-hal yang harus dilepaskan, tapi tidak untuk dilupakan. Aku melepas semua hal yang berkaitan dengan Brian, tapi tidak dengan melupakannya. I mean, I let him go, tapi semua kenangan pahit itu akan tetap bersarang di pikiranku."

"Aku blokir dia dari Whatsapp kamu."

"What?"

"Kamu bisa batalin blokirnya."

Mulai, deh. Nini mendesah di dalam hati.

"Nomor Brian nggak pernah aku simpan, kamu bisa lihat sendiri kalau nomornya nggak aku kasih nama."

Melihat Abel masih belum seceria biasanya, Nini mengatakan, "Siapa sih yang katanya mau jadi ayah, tapi malah kekanakan kayak gini..."

Abel mengerjap. "Aku bisa?"

"Emang kenapa sampai kamu nggak bisa? Semua laki-laki di dunia ini pada akhirnya akan jadi ayah. Kecuali kalau kamu kelainan."

"Kamu ngasih izin?"

Nini menaruh anak rambutnya ke belakang telinga. "Ya nggak sekarang."

Itu hanya pancingan agar Abel tidak merajuk seperti anak kecil.

"Bisa kalau besok?"

"Ya nggak besok juga."

"Lusa?"

"Kamu pikir di situ bikin di situ lahir?"

Abel mulai tertawa kecil, luka karena terjatuh secara kasar sudah tidak ia hiraukan. Ia memeluk Nini, menggoyangkan tubuhnya.

"I wanna be a dad, so so bad," gumamnya di antara helaian rambut wanita itu.

Nini hanya membalas dengan berdeham pelan. Kemudian secara perlahan—seperti ditarik oleh gravitasi—melabuhkan tangannya di punggung Abel, merengkuhnya dengan erat.

WIFEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang