18 - Treat him better

5.3K 731 42
                                    

WIFEY BY TRARAMADHANY

Instagram : @traramadhany & @hf.creations

****

Abel baru saja keluar dari ruangan kelas bersama dua buku 'Pengantar Sosiologi' di tangan kiri, ketika mendapati Ubay sepertinya melakukan hal yang sama. Bedanya, Ubay keluar dari ruangan setelah mendapat tawa dari seisi kelas, yang mungkin terjadi karena sebelumnya telah membahas hal lucu.

Abel berniat mengurungkan niatnya untuk lewat dari depan lorong yang sama dengan laki-laki itu, sebelumnya akhirnya tetap saja diketahui oleh Ubay dan pria itu segera menyapa.

"Pak Abel!"

Astaga. Abel sedang tidak ingin membahas perihal kencan. Atau timing, atau apa pun itu.

Ubay melesat cepat, segera berdiri bersisian dengan Abel yang mempercepat langkah menuju ruangan miliknya.

"Gimana kencan? Lancar?"

"Timing-nya dapet?" lanjutnya setelah tidak menerima sahutan dari Abel.

Langkah Abel menapaki tangga, kemudian masuk ke dalam ruangan, yang tentu saja tetap diekori oleh Ubay.

"Gak lancar," sahut Abel pada akhirnya.

"Kok bisa?" Ubay melemparkan tubuh ke sofa, masih memfokuskan tatapan kepada pria di depannya.

"Nini marah."

"Marah lagi? Lo apain emang?"

"Mungkin—karena gue nyuruh dia tetap pakai blazer padahal dia kepanasan."

"Pakai blazer—kepanasan. Lo berdua ngapain sebelumnya?"

Abel mendengkus pelan, paham betul bahwa sahabatnya itu pasti berpikiran yang tidak-tidak.

"Nggak ngapa-ngapain."

"Lo grepe?"

"Ck." Abel berdecak, menyusun dua bukunya di dalam rak. "Ya enggak. Nini cuma kepanasan karena siang, jadi dia niat buka blazer, terus gue suruh biar tetap pakai karena dress-nya nggak punya lengan."

"Terus-terus?"

"Gue disuruh pindah ke Mars karena dia nggak mau lihat gue."

Tawa Ubay meledak begitu saja. Perutnya terkocok, membuatnya nyaris terpingkal, sebelum di saat yang sama seorang dosen perempuan mengetuk pintu dengan sopan.

"Wah ada Pak Ubay juga," celetuk Lia.

"Masuk, Bu," sahut Ubay.

"Saya di sini aja. Mau nanya ke Pak Abel, apa Irfan sudah memberikan undangan seminar proposalnya kepada Bapak?"

"Oh, belum, Bu. "Abel memeriksa ponsel. "Belum ada kabar juga dari Irfan."

"Begitu, saya pikir saya saja yang belum dikasih."

Ubay menggaruk hidung, mengamati raut wajah Abel juga Lia secara bergantian.

"Ehm ... maaf kemarin saya menelepon secara tiba-tiba, padahal kayaknya Bapak lagi di luar, ya?"

"Iya, Bu. Nggak apa-apa."

Lia tersenyum. "Kalau begitu saya permisi, cuma mau nanya itu tadi." Kepada Ubay ia menarik senyum ramah. "Permisi, Pak Ubay."

"Iya, iya, Bu," jawab Ubay.

"Lo ditelepon Lia kemarin? Waktu lo kencan sama Nini?"

Abel mengangguk, mulai mengirim pesan kepada Irfan, menanyakan undangan seminar.

WIFEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang