14 - Dating

5.9K 769 79
                                    

WIFEY BY TRARAMADHANY

Instagram : @traramadhany & @hf.creations

****

Abel merajuk.

Lucunya, ia masih mau memasak, menyuci piring, berusaha menawarkan berangkat kerja bersama-sama. Akan tetapi, caranya berbicara dan memasang gestur, Nini tahu ada yang berbeda.

Kesan kesal dan tidak terima itu masih terpampang jelas di wajah suaminya.

Well. Nini bisa saja tidak ambil pusing dengan aksi merajuk itu. Sialnya, ia tidak pernah diperlakukan seperti itu sebelumnya. Ia tidak pernah diperlakukan secara dingin, tetapi masih dengan unsur perhartian yang seperti biasa. You got it?

Intinya, Nini tidak terima diperlakukan demikian.

Kini waktu Indonesia bagian barat telah menunjukkan pukul tiga lewat lima belas, jam praktek Nini sudah berakhir. Ia memeriksa ponselnya yang sebelumnya ditaruh di dalam saku, mengecek bahwa kemungkinan Abel mengirimkan pesan. Sayangnya tidak ada.

Tanpa alasan, Nini mencebikkan bibir, mendengkus.

"Dia biasanya ngirim pesan, lho."

Menarik hand bag miliknya, Nini memilih segera keluar dari dalam ruangan, berjalan anggun melewati orang-orang yang sibuk dengan urusan masing-masing.

"Ya taulah, Nini Samara itu nggak ada baik-baiknya tau nggak sih, Bro."

"That jerk," desis Nini saat melihat Jepri bersama dua dokter umum tengah berjalan lurus sembari membicarakannya.

"Nih ya, lo berdua bayangin deh, masa dari awal tuh cewek nikah sama Abel Zahidan, mereka cuma post satu photo. Itu juga yang di Maldives, pas honeymoon. Udah jelas-jelas mereka nikah palsu."

"Hah? Maksud lo?" tanya dokter di sisi kirinya.

"Ya bisa jadi, si Nini bayar itu laki buat nikahin dia. Secara Nini kan udah masuk predikat gak laku, Man."

Merasa kesal, Nini melangkah cepat dan melayangkan hand bag-nya memukul kepala Jepri. Keras, membuat kepala lelaki itu refleks terdorong ke sisi kanan.

"You better watch your mouth," ucapnya.

Jepri mendesis. "Kan emang bener kata gue, lo itu cewek licik, cewek pendos—"

Nini melayangkan hand bag-nya lagi, kini mengenai mulut pria itu.

"Setan!" delik Jepri marah.

Nini tersenyum meremehkan. "Beli kaca, Jep. Kamu harus lihat siapa yang setan."

"It's you," sambungnya dengan mencondongkan tubuh.

Kepada dua dokter di sebelah Jepri, yang melongo tidak percaya, Nini memasang senyum seolah merasa bersalah. "I'm sorry." Lalu pergi.

***

Di dalam mobil, dengan satu cokelat batang di tangan kanan, Nini memperhatikan bagaimana Abel berjalan lurus ke depan, membawa tumpukan kertas yang kemungkinan adalah makalah, belum menyadari keberadaannya.

Nini hampir-hampir akan membawa mobilnya menghampiri pria itu, sebelum menemukan seorang wanita muncul menyapa Abel dan mengajak pria itu berbicara, yang entah apa. Namun Abel telah dengan baik hati mengambil alih dus yang sebelumnya berada di kedua tangan wanita itu, berencana membantunya agar tidak kesulitan.

"Stupid."

Nini mengunyah cokelatnya, enggan memindah tatapan. Terutama saat sadar bahwa wanita itu, yang kini tersenyum simpul sembari berjalan di sebelah Abel, adalah Lia. Yang pernah menelepon Abel saat mereka masih berbulan madu di Maldives, yang mengikuti Abel di instagram, yang sepertinya—menyukai suaminya.

WIFEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang