26 - Punished ?

5.6K 658 10
                                    

WIFEY BY TRARAMADHANY

Instagram : @traramadhany & @hf.creations

****

"Thanks, Dok. Seneng proses operasinya lancar."

Max, sebagai dokter yang telah berhasil mengoperasi pasien Nini sebelumnya, tersenyum lebar.

"Anytime, Ni. Sebagai ganti, siang ini makan bareng, boleh ya?"

"Oh, sure. Bakalan ada Anni juga."

"Anni?"

"Yap, Anni Hutasoit, one of my friends."

"Ah, ya, aku kenal. Bakalan agak berisik, ya..."

Max tersenyum jenaka dan Nini tidak bisa menahan tawa, sebab ingat bahwa Max adalah salah satu nama yang telah Anni tulis di dalam list-nya. 

He's hot, tall and ya ... has a cute smile

Tipenya Anni banget, apalagi Vania.

Ponsel Nini kemudian berbunyi, membuat Max sedikit memberi jarak saat Nini menunjuk ponselnya dan menjauh.

"Halo, Ni..."

"Ya."

"Kamu udah makan?"

"Belum, rencananya mau makan bareng Dokter Max."

"Max again?"

"Sama Anni juga."

"Wow, sounds like fun, ya?"

Nini seolah bisa melihat wajah cemberut Abel sekarang. Hal yang entah mengapa, selalu membuatnya sulit menahan senyum.

"Kamu gimana?"

"Mau makan juga. Ini lagi di ruangan, nunggu Ubay. Katanya dia udah pesen makanan."

"Oh, okay."

"Ditungguin, ya?"

"Hmm."

"Okay. Enjoy your lunch then. Tapi kalau Anni tiba-tiba nggak ikut, kasih tau aku ya."

"Yaaaaa."

"Your husband?" tanya Max, setelah Nini menjejalkan ponsel ke dalam saku jas kerjanya.

"Yap. Aku kabarin Anni dulu ya, Dok."

Setelah memberitahu Anni bahwa Dokter Max yang sempat menjadi objek gosipnya di grup whatsapp akan makan siang bersama mereka, dan wanita itu merespons dengan super semangat, mereka akhirnya memutuskan makan di luar rumah sakit. 

Yang kemudian berlangsung dengan lebih berisik dari yang Max perkirakan, karena Anni tidak berhenti bertanya ini itu, terutama mengenai Max! Berat badan terbarunya, gym-nya di mana, single, taken, tipe ideal.

"Nini, sih."

"Hah?" Nini bertanya dengan alis bertaut.

"Lho, kan ditanya Anni tipe idealnya aku gimana. Ya aku jawab kamu. Kamu tuh pintar, baik, peduli, mandiri, suka bantu orang-orang yang bahkan bukan pasien kamu."

"Halah gosah percaya kali, Dok. Dajjalnya ini," ejek Anni.

Nini segera melemparnya dengan kentang goreng.

Tepat di jam selesainya praktik, Ibu menelepon dengan suara cemas. Nini yang tidak membawa mobil sendiri karena diantar jemput oleh Abel, memilih membayar taksi online dan pulang ke rumah Ibu.

WIFEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang