52 - Pouty Nini

3.7K 508 27
                                    

WIFEY BY TRARAMADHANY

Instagram : @traramadhany & @hf.creations

****

Sudah mencapai pukul lima sore ketika Nini terbangun dari tidur siangnya. Ia telah terbiasa dengan jam tidur yang cukup berantakan. Di malam hari, ia akan kesulitan tidur seperti biasa, di pagi hari kadang ia begitu mengantuk hingga tidak fokus bekerja. Kemudian di siang hari, ia akan berusaha mencari-cari waktu tidur sebelum sering kali gagal karena kegerahan.

Dan beruntung siang tadi, setelah Abel dengan penuh kasih sayang mengelus-elus punggung dan perutnya—menyetel AC hingga 19 derajat celcius, ia bisa tertidur dengan pulas.

FYI, Kehamilan Nini telah berada di trimester kedua. Di mana perutnya telah membesar dan nafsu makannya mulai meningkat. Masalah lainnya—gusi gampang berdarah, punggung pegal dan kakinya sering kram.

It's normal. Nini selalu merapalkan kata tersebut tiap rasa sakit mulai menghantam. Rata-rata ibu hamil di dunia akan mengalaminya. Hanya perbedaan di trimester berapa mereka akan mengalaminya.

"Abel." Ia memanggil karena tidak mendapati pria itu di tempat tidur.

Nini mulai beringsut turun dari ranjang, meminum segelas air putih yang disediakan di atas nakas, lantas memakai sandal berbulunya untuk mencari di lantai bawah.

Sandal rumahan miliknya yang ber-sol tinggi telah disita Abel untuk keselamatan, bahkan kitten heels yang sebelumnya pria itu biarkan untuk Nini pakai, ikut digudangkan.

Terjadi perdebatan cukup pelik ketika Abel melakukannya kala itu—Nini bahkan memilih menginap di apartemen Vania karena merajuk. Namun berselang tiga hari, setelah Abel terus-menerus berupaya membawanya pulang ke rumah, ia akhirnya pulang dengan syarat—Abel harus memenuhi semua keinginannya, apa pun permintaannya.

"Abelll." Nini mengedarkan pandangan ke ruang tamu.

"Tuan di taman belakang, Nya." Bi Ummu yang saat itu tengah menyicipi bolu buatannya di dapur, menjawab dengan sedikit mengeraskan suara.

"Bibi bikin apa?" Mencium aroma lezat, Nini mendekati Ummu. "Saya mau."

"Oh, jangan yang ini, Nya. Ini bantat. Punya Tuan sama Nyonya yang itu tuh. Bentar saya potongin."

"Saya mau yang ini juga pokoknya."

Dengan pisau kue, Nini memotong sendiri bolu bantat buatan Bi Ummu, memasukkannya ke dalam mulut.

Bi Ummu yang melihat hanya mengerjap-erjap.

"Mau susu," pinta Nini, menyantap bolu pandan yang telah dipotongkan Bi Ummu.

"Oke, Nya."

Lima menit kemudian, susu hamil milik Nini sudah jadi, dan seloyang bolu pandan buatan Bi Ummu telah habis.

Karena kenyang, susu buatan Bi Ummu hanya diteguk hingga setengah. Nini mengucapkan terima kasih lalu beranjak menuju taman belakang.

"Bi, bikinin bolu lagi ya. Saya suka," ucapnya sebelum hilang dari daun pintu.

Bi Ummu mengelus dada. "Sing sabar, Um," lantas mengunyah bolu bantat yang tersisa.

***

Suata tawa yang merebak di udara membuat Nini menolehkan kepalanya ke arah barat di mana Abel dan Rifky tengah bermain bulu tangkis.

"Akh Mas smash terus!!" Rifky mengeluh karena tidak bisa menjangkau bola.

Abel tertawa lepas, dan tiba-tiba—Nini ingin memeluknya.

WIFEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang