Tetesan hujan membasahi dedaunan, langit indah berwarna jingga kini berganti menjadi warna kelabu, suara belalang bernyanyi menghanyutkan suasana di senja hari membuat seorang gadis larut ke dalam dunianya kini. Hujan seseolah menyaring udara di bumi, membuat angin yang tak berasa menjadi beraroma.
Sebuah aroma setelah turunnya hujan.
Raina memejamkan mata, menghitup udara dan menikmati sepoi-sepoi angin yang berdesir di telinganya. Untuk sekejap ia lupa akan rasa sakitnya.
"Dingin," lirihnya kemudian masuk setelah menutup pintu balkon.
Raina duduk di sofa merah muda kesukannya, menatap ponselnya yang terus bergetar di meja. Ia membiarkan itu begitu saja.
Setelah beberapa saat keheningan datang lagi di apartemen Raina, suara deringan telpon sudah terhenti. Raina meraih telponnya dan melihat beberapa notif dari Bian. Ia tersenyum sekejap, namun senyumannya menghilang lagi. Mata nya yang indah tengah mencari sebuah kontak untuk di telpon, untuk memastikan sebuah kepastian yang membuat senyuman nya menghilang.
"Halo?" tes Raina.
"Hm? Kenapa? Uangnya sudah habis?"
Raina tersenyum kecil mendengar omelan Rara, kakaknya setelah sekian lama.
"Tidak, aku hanya ingin menanyakan kabar."
"Aku baik-baik saja karena bebanku telah pergi."
Alis Raina mengernyit. "Maksudmu aku?"
"Ya." Raina tertawa renyah dengan nada yang sedikit dipaksakan kemudian ia terdiam untuk beberapa saat.
"Ayah dan Bunda bagaimana kabar mereka?" Raina mengulum bibirnya berusaha memberanikan diri bertanya.
"Baik-baik saja."
Raina menghela nafas lega, tapi ia merasa masih ada sesuatu yang menjanggal di hatinya.
"Apa mereka bertengkar akhir-akhir ini?"
"Tidak? Kenapa?"
"Ah, tidak. Aku hanya khawatir." Raina sedikit tersenyum lega.
"Kenapa kau menjadi seperti ini? Apa ada kesulitan?" khawatir Rara.
"Tidak, tidak ada. Disini menyenangkan!"
"Apartemenku sangat bagus dan para tetanggaku juga sangat baik!" ujar Raina sedikit melebih-lebihkan.
Sebenarnya tidak sedikit, tapi benar-benar melebih-lebihkan.
"Baiklah aku percaya."
Ting tong!
Suara bel pintu Raina berbunyi, ia sedikit bertanya-tanya dalam hati siapa yang akan berkunjung ke apartemennya di malam hari.
"Kak sepertinya ada tamu, aku matikan dulu telponnya."
"Baiklah."
Tut.
Raina memasukkan handphone ke saku piyamanya, mengambil waktu untuk mengaca sebentar baru kemudian membukakan pintu.
"Hai Raina!"
"Kak Clara?! Ada apa Kak?" pekik Raina terkejut mendapati sosok Clara di depan apartemennya.
"Kau ada waktu sebentar? Aku ingin menunjukkanmu sesuatu."
.....
Mata Raina berbinar, senyuman yang mengembang dengan sendirinya itu tidak bisa pudar dari mulutnya, menatap beberapa pasang mata asing yang anehnya membuat hatinya merasa hangat dan menatap 4 pasang mata yang tidak asing semakin membuatnya bahagia. Meskipun banyak tanda tanya yang terlintas di otaknya, ia menyampingkan rasa heran dengan tersenyum bahagia pada semua orang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Halo Tetangga!
Teen FictionRaina datang sebagai tetangga dari keempat lelaki tampan itu. Di apartemen tua, dimana terdapat empat lelaki yang berwujud layaknya seorang pangeran dingin itu mulai terusik dengan kehadiran seorang gadis lancang yang tiba-tiba muncul sebagai tetang...