43 | Tidak bisa bilang cantik

700 110 15
                                    

Sialan, Raina memang sialan. Kenapa  ia harus mengatakan itu hingga membuat detak jantung Zevan tak beraturan hingga sekarang. Lelaki itu hanya terbaring tak berdaya di kasurnya, dengan telapak tangan kanan masih berkutat diam memeriksa detak jantungnya yang tak kunjung stabil. Zevan masih cukup waras untuk tidak menyangkal perasaan sebenarnya yang ia rasakan sekarang, ia yakin telah jatuh hati pada gadis itu.

Tetapi kenapa harus Raina?!!

"Dia tidak cantik,"

"Tapi kalau dipikir-pikir dia cantik."

Zevang menyangkal ucapannya sendiri.

"Dia juga tidak baik,"

"Ah, sebenarnya dia juga cukup baik."

"Tapi dia gila!" lanjut Zevan terus bermonolog.

Drtt...

Handphone Zevan berdering, ia dengan segera meraih benda itu dan terlihat dengan jelas kontak bernama ' tetangga gila ' yang tak lain adalah Raina tengah menelponnya, Zevan duduk dari tidurnya seketika.

"Ekhem." Ia menetralkan suara, barulah mengangkat telpon.

"Halo?" Suara dingin Zevan berlagak bahwa ia sedang santai, tidak tahu saja yang didalam sana rasanya sudah ingin meledak.

"Hai," balas Raina.

Hah? Hai? Serius, ini Zevan tidak habis pikir, kenapa gadis itu memporak-porandakan keadaan jantung dan hatinya hanya dengan kata hai.

Padahal Zevan tidak selemat itu.

"Kenapa?" tanya Zevan.

"Tidak tahu, aku hanya tidak bisa tidur."

"Tapi Zevan apa benar kau berdebar tadi?"

Kenapa juga dia mengungkin hal itu lagi.

"Tidak." Zevan menjaga image.

Terdengar dari seberang telpon Raina terkekeh. "Aku rasa kau berbohong, pipimu sudah semerah tomat tadi."

Zevan malu, Zevan ingin hilang dari bumi sebentar saja. "Kㅡkurasa itu tidak benar."

"Aku ingin mengujimu kalau begitu, dan ingat kau bilang tidak pernah berdebar karenaku!" ancam Raina membuat jantung Zevan semakin berdisko.

"Zevan menurutmu aku mempunyai berapa hati?" tanya Raina tiba-tiba.

"Satu?"

"Salah, aku punya dua hati. Satu hati untuk hidup dan satu hati untukmu."

Tut.

Zevan mengulum bibirnya menahan senyum, sialnya perasaan tak karuan yang membahagiakan hati itu tak bisa menghentikan senyuman muncul di mulutnya, mengingat-mengingat lagi kalimat yang diucapkan Raina membuat ia melempar guling gemas, menghentak-hentakkan kaki ke kasur, lalu berguling-guling salah tingkah.

Bruk!

Zevan meringis perih setelah menyadari bahwa tubuhnya terjatuh dari kasur, ia bangkit lalu sadar akan perbuataan gilanya.

Plak!

Zevan memukul pipinya sendiri, berusaha menyadarkan diri.

"Kau jadi ikutan gila Van, GILA!!!"

.....

"Sudah kubilang jangan keluar apartemen!" bentak Zevan kesal mengundang dengusan malas Raina.

"Huh, kau tidak melihat semua artikel tentangku?"

"Responnya kini menjadi positif dan aku yakin tidak akan ada lagi yang membenciku!" lanjut Raina lalu mencoba melewati tubuh kekar Zevan yang menghalangi jalan.

Halo Tetangga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang