"Nara, bagaimana kalau aku menyimpan banyak rahasia?
Nara yang sibuk meminum susu rasa pisangnya, ia menoleh. "Menyimpan banyak rahasia?"
"Pasti terdengar seru! Apalagi kalau rahasianya ternyata kau adalah narapidana!" kekeh Nara bercanda.
Bara ikut terkekeh. "Tapi kau tak apa bila aku mempunyai rahasia sebesar itu?"
"Memangnya rahasia apa yang kau punya Bar?" tanya Nara penasaran.
"Intinya aku yang disini bukanlah Bara yang sebenarnya?" jawab ragu Bara menjelaskan.
Nara mendarat duduk di bangku taman. "Lalu, kau sedang menyamar?"
"Apa jangan-jangan kau adalah seorang tuan muda yang sedang kabur dari rumah seperti drama korea?" tanya Nara tiba-tiba antusias.
Bara terkekeh geli, di keadaan seperti ini gadis itu tetap saja mengungkit hal-hal yang berbau korea. "Rahasiaku tidak seindah itu sih," kekeh Bara menggeruk tengkuk lehernya.
Nara menghembus nafas panjang merasakan sejuknya udara malam hari. "Meskipun kau narapidana ataupun seorang tuan muda, aku tak masalah."
"Kenapa?"
"Karena kau tampan," ujar Nara lagi memecahkan suasana. "Ditambah lagi karena kau mirip chanyeol!"
Bara mengacak rambut Nara gemas. "Astaga kau ini!"
"Tidak-tidak Bara aku hanya bercanda!"
"Apapun rahasiamu, kau tetap Bara."
***
"Sampai kapan anda ingin menjadikan saya sebagai boneka?" tanya Bara dingin pada seorang lelaki tua yang terduduk santai memperhatikan 2 lembar foto.
"Sampai aku menemukan penggantimu," jawab lelaki tua itu membuat Bara berdecih dan berusaha melepas paksa simpulan tali yang mengikat kedua tangannya.
Talinya terlepas begitu saja, lalu para penjaga yang berada di belakang Bara sudah siap siaga untuk menangkap lelaki itu lagi, namun lelaki tua yang rambutnya sudah penuh dengan uban ia melambaikan tangan pada kedua penjaga bertubuh kekar seseolah mengisyaratkan untuk meninggalkannya bersama Bara berdua di ruangan sunyi ini.
Bara mendekatkan wajahnya ke arah lelaki tua itu dengan tatapan tajam.
"Saya tidak akan menjadi boneka.""Kau menjadi sangat berani karena perempuan ini?" Lelaki tua itu menunjukkan salah satu lembar foto yang ia bawa, ia menaruhnya di meja membiarkan Bara untuk melihatnya.
Dengan perasaan kesal, Bara melirik foto itu, dan itu Raina, fotonya diambil saat mereka tengah bekerja bersama di cafe, sialan si tua bangka itu bahkan mengikuti Raina?!
Rahang Bara mengeras, uratnya terlihat jelas. "Dia tidak ada hubungannya dengan saya!"
Melihat Bara tersulut emosi membuat lelaki tua itu tersenyum tipis dan memberikan satu foto yang ia bawa lagi.
"Kalau begitu perempuan ini?"
Nara, perempuan di foto itu Nara.
Ubun-ubun Bara seseolah terbakar, amarahnya sungguh semakin mendidih sekarang. Ia bersumpah kalau saja lelaki tua itu menyentuh satu inci rambut Nara sekalipun, Bara akan menghancurkan semua orang yang terlibat, tidak peduli meskipun ada darah mereka yang mengalir di darah Bara.
"Anda pikir saya akan tunduk setelah ini?" Bara terkekeh remeh. "Hey daripada pebisnis anda lebih cocok menjadi seorang penulis!"
"Imajinasi anda sangat liar!"
Lelaki tua itu berdeham membenarkan kaca-mata bundarnya. "Sebagai kakek, aku mengingatkanmu."
"Menikahlah dengan Laura, dan uruslah perusahaan kita," tambahnya.
"Lalu? Setelah saya menikah dengan Laura dan mengurus perusahaan, saya juga akan tetap menjadi boneka anda seumur hidup."
"Setelah bonekanya rusak, lalu anda akan membuangnya begitu saja, persis saat anda membuang Kak Deva, kan?!"
Plak!!
"Berhenti mengungkit anak hina itu, dia sudah mati!!"
Bara tersenyum miris mendengar itu, ia masuh mengingat bagaimana cara Kakeknya dulu memuji Deva yang pandai memimpin perusahaan, namun kata pujian itu berubah menjadi kaca celaan begitu saja hanya karena umur Deva yang pendek meninggalkan perusahaan begitu saja, dan si tua bangka tidak tahu diri itu seenak jidatnya menamai kak Deva dengan sebutan 'anak hina' , sadar atau tidak sebenarnya dia lah yang hina disini.
"Kenapa? Anda marah? Ingin memutuskan hubungan dengan saya?" tanya Bara lagi memancing emosi.
"Kebetulan, saya juga ingin memutuskan hubungan dengan anda,"
"Menjadi orang biasa yang leluasa lebih menyenangkan daripada menjadi orang berkuasa namun hanyalah seorang boneka."
Setelah mengatakan itu, Bara berdiri bangkit dari duduknya, ia sudah tidak tahan berlama-lama dengan lelaki tua itu.
"Kau tidak penasaran?" ujar Kakek Bara tiba-tiba membuat langkah Bara terhenti.
"Siapa orang yang membuatku tahu keberadaanmu?"
Bara menoleh, jujur ia penasaran dengan orang yang membocorkan identitasnya, padahal selama ini ia sudah menyembunyikan identitasnya rapat dengan tinggal di Asakita.
Kakek Bara mengangkat salah satu foto yang berada di meja. "Dia, yang memberi tahuku."
....
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo Tetangga!
Novela JuvenilRaina datang sebagai tetangga dari keempat lelaki tampan itu. Di apartemen tua, dimana terdapat empat lelaki yang berwujud layaknya seorang pangeran dingin itu mulai terusik dengan kehadiran seorang gadis lancang yang tiba-tiba muncul sebagai tetang...