22 | Pantat Leon tertawa

871 106 0
                                    

Tanpa alasan ini pagi yang indah bagi Leon. Entah kenapa sejak ia membuka mata dari tidurnya yang sementara, perasaan bahagia muncul dengan sendirinya layaknya sebuah euforia.

"Ah menyebalkan aku harus berolahraga bersama gadis malas itu lagi." Aneh. Keluhan itu terucap dari mulut Leon tapi dengan senyuman kecil yang menyerta.

Seseolah jiwanya mengeluh, tapi senyumannya tidak bisa berbohong kalau ia senang bila olahraga dengan  seseorang yang ia sebut gadis pemalas.

Leon melihat pantulan wajahnya di kaca, merapikan rambut sedikit dan mensemprotkan parfum sebanyak 9 kali. 2 kali untuk leher kanan dan leher kiri, 2 kali untuk ketiak kanan dan ketiak kiri, 2 kali untuk kaki kanan dan kaki kiri, 2 kali untuk bagian dada, dan 1 kali untuk pantat.

Selesai, aroma Leon kini sudah bak pengantin baru yang merendam tubuh dengan mawar selama 7 hari 7 malam.

Setelah merasa siap ia pergi lalu melangkah ke depan pintu Raina, dan menekan belnya.

Ting tong!

Tidak ada jawaban, Leon menekan lagi.

Ting tong!

Tudak ada jawaban lagi, lelaki itu mulai geram.

Ting tong!

Tidak ada jawaban lagi, akhirnya lelaki itu mendobrak pintu.

TOK! TOK! TOK!

Leon mengetuk pintu emosi, hampir mendobrak tapi ia masih waras untuk melakukan hal semacam itu.

"WOY!!" teriaknya.

Akhirnya pintu terbuka.

"Apa sih anjing."

Leon melotot mendengar kata itu terucap dari mulut Raina.

"Apa?! Kau sudah lupa akan berolahraga denganku?!" pekiknya kesal.

Raina menguap, mengingat-ingat.
"Ah iya, tapi ini masih jam 6."

"Batalkan sajalah, aku mengantuk." Raina menutup pintu namun dengan segera dicegah oleh Leon.

"Apa?! Kau tidak boleh membatalkannya begitu saja!"

"Kenapa kau seniat ini sih?" Raina mendengus kesal, berusaha membuka mata.

Leon terdiam, entah kenapa ia sangat berniat untuk olahraga dengan gadis menyebalkan itu.

"Apa jangan-jangan kau menyukaiku?!" pekik Raina tiba-tiba.

Leon terkekeh tak percaya.
"Apa aku barusan tidak salah dengar?"

"Menyukaimu?! Pantatku tertawa!" 

"Pantatmu bisa tertawa? Menakjubkan sekali!" balas Raina membuat lelaki itu dibuat semakin naik pitam.

"Coba kau mengaca, aku Leon Davin. Lelaki tampan dan berbakat yang menjadi panutan remaja indonesia tidak mungkin menyukai gadis sepertimu!" jelas Leon bangga.

Raina menutup telinganya malas.

"Dan kau?" Leon berdecih.

"Ya, ya, ya. Sudah selesai mengejeknya? Bisa pergi? Aku mau tidur lagi." Raina berusaha menutup pintu.

Namun tenaga kecil Raina tidak bisa melawan tenaga lelaki kekar di hadapannya, tanpa izin Leon mengacir masuk ke dalam apartemen gadis itu membuat mata Raina yang sebelumnya penuh terbuka kini terbuka lebar, ia melotot kaget.

"Hey! Kenapa kau masuk?!"

Leon tersenyum tanpa dosa dan mendaratkan tubuhnya di sofa Raina yang empuk.

Halo Tetangga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang