15 | Mengukir 2 huruf di debu halus

951 108 2
                                    

Bara merinding, ini benar-benar kesialan. Menjemput dan menunggu Raina untuk berangkat kerja bersama? Astaga! Benar-benar mimpi buruk. Bara menghela nafas dan memilih untuk segera menekan bel apartemen gadis itu.

Ting tong!

"Oh hai Bar!" Raina membuka pintu.

Bara mengangguk dan tanpa sepatah kata apapun ia memberi isyarat dengan sedikit gerakan kepala yang seseolah berkata ' ayo ' setelah itu ia berjalan meninggalkan Raina yang masih berada di ambang pintu.

"Sebentar aku ambil tas dulu!" teriak Raina membuat langkah Bara terhenti.

Ia mendengus kesal dan melihat arlojinya. "Menyebalkan."

Raina lari terbirit-birit menyusul Bara. "Ayo Bar!"

Bara menoleh meneliti bahwa gadis itu sudah membawa tas lalu melangkah lagi. Sama halnya saat berjalan dengan Leon, Raina berjalan mengekori langkah Bara pula dan menatap punggung yang membelakanginya.

Raina mempercepat langkahnya juga agar berjalan seiringan dengan Bara.
"Bara, makasih ya atas pekerjaannya."

"Berterimakasih pada Bian saja, aku melakukan ini secara terpaksa."

Raina tersenyum sendu dan mengangguk, ia tahu dan sadar kalau ia merepotkan.

Setelah melanjutkan perjalanan dalam keheningan yang membosankan akhirnya Raina dan Bara menginjakkan kakinya di cafe tempat mereka bekerja.

"Bara, ini pegawai baru ya?" tanya Bu Watiㅡ pemilik cafe.

"Iya Bu." Bara mengangguk dan menyenggol bahu Raina pelan mengisyaratkannya untuk menyapa.

"Ah, selamat pagi Bu! Raina akan bekerja dengan giat disini!" Raina mengepalkan tangannya semangat 45.

Bu Wati tersenyum. "Iya Raina, selamat bekerja ya! Bara kamu ajari Raina dengan benar ya."

Bara tersenyum ia mengangguk.

Setelah Bu Wati meninggalkan cafe, Bara beranjak melangkah masuk ke dapur cafe dan mengambil 2 afron untuknya dan untuk Raina.

"Nih, pakai." Raina yang pernah memakai afron pun dengan cepat memakainya tanpa ada hambatan apapun, hal itu membuat Bara sedikit keheranan.

"Aku akan menjelaskan cara menggunakan semua benda yang ada disini."

Raina mengangguk dan memperhatikan Drip coffe maker yang ditunjuk oleh Bara.

"Wah, keren sekali." kagum Raina sembari memainkan benda yang terlihat menajubkan di matanya.

"Aku mengajakmu kesini bukan untuk tour cafe, kita kesini untuk bekerja."

Raina menghentikan senyumnya, dan langsung membuat gestur siap 86.
"BAIK PAK!"

Setelah menjelaskan fungsi benda ini dan itu, dari drip coffe maker hingga moka pot, Raina dan Bara segera bersiap-siap untuk membuka cafe.

"Sudah paham dengan cara kerjanya?"

Raina mengangguk semangat tapi hal itu membuat Bara menggeleng ragu.

"Yakin?" ucapnya ragu.

"YAKIN!"

Bara mengangguk pasrah untuk mempercayai Raina kemudian lelaki itu mengambil alat pel dan kanebo untuk membersihkan meja dan kaca.

"Aku yang mengepel dan kau yang membersihkan kaca dan meja."

Tak ada untungnya bila Raina menolak, dengan sirgap Raina menyaut kanebo dan bergerak semangat untuk membersihkan.

Setelah sekitar 10 menit Raina membersihkan seluruh meja, ia beranjak ke kaca dan membersihkannya dengan kanebo.

Halo Tetangga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang