45 | Menemui Calon Mertua berjamaah

691 93 5
                                    

"Ayo dimakan semuanya."

"BAIK TANTE!" serempak keempat lelaki itu.

Raina menggeleng pasrah memperhatikan keempat tetanggannya yang kini berakhir duduk di sofa rumah orang tuanya, bersantai sembari memakan sepotong semangka. Ia benar-benar tak habis fikir tentang motivasi mereka untuk mengikuti Raina dan Bian, niat awal ingin melepas rindu dengan Bunda, eh ini jadinya seperti ajang seleksi menantu dadakan.

Seru sih, tapi menyebalkan.

"Kalian ngapain sih ngikutin kita?" kesal Raina.

"Karena kita TEMAN, aku juga harus mengunjungi rumah orang tuamu," balas Zevan menekan kata teman.

"Raina nggak boleh gitu ah, temannya bertamu kok gitu!" tegur Bunda seraya menyajikan beberapa makanan lagi dari nampan yang ia bawa.

"Jangan banyak-banyak tante, jadi ngerepotin." Bian tersenyum.

Bunda menggeleng kukuh. "Enggak kok nak! Tante malah senang teman-teman Raina datang kesini!"

"Aku kira tante tadi kakaknya Raina, cantiknya awet yah Bund!" puji Leon mencoba merebut hati.

Kalau tidak bisa memiliki hati anaknya, memiliki hati Bundanya adalah sebuah jalan pintas.

Cerdas, kan Leon?

Bunda beranjak duduk di samping Raina, menatap keempat lelaki di depannya. "Jadi kalian ini namanya siapa?"

Bara mengangkat tangan. "Saya Kareen Xabara tante, tetangganya Raina sekaligus pernah menjadi teman kerja!"

"Iya benar Bun, aku pernah kerja part time sama Bara."

Bunda mengangguk paham. "Kareen? Itu ya kayak nama perusahaan terkenal itu loh Rain!"

Raina teringat. "Ah iya! Kareen labels! Barang kosmetiknya bagus-bagus sih! Aku tadi beli buat bunda!"

Mendengar percakapan Raina dan Bundanya, wajah Bara memucat seketika. Seharusnya ia tak menyebutkan nama lengkapnya tadi.

"Kalau saya, Leon Davin tante. Inspirasi remaja no satu di indonesia," ujar Leon dramatis membanggakan diri sendiri.

Bunda Raina bertepuk tangan meriah. "Wah! Kalau kamu aku tahu! Bunda sering lihat di tv juga, itu foto kamu juga ditempel buanyak di kamar Rara!"

Leon melotot kaget. "Serius tante?" Bunda mengangguk, sedangkan Bian menghela kecewa.

"Kalau ini temannya Rara, toh?" Bunda menunjuk ke arah Bian, lalu lelaki itu tersenyum dan mengangguk.

"Iya Bunda. Saya temannya Rara, Abian nayaka shareef, biasa dipanggil Bian."

"Terimakasih yah nak Bian, kata Rara kamu sudah menjaga Raina disana."

Bian tersenyum mengangguk, sedangkan Raina tersenyum sedu bila mengingat kejadian yang sudah berlalu.

"Kalau saya Zㅡ"

"Ini yang main iklan sama Raina, kan?!" Bunda tiba-tiba teringat.

"Iya Bunda, saya Adelio Zevan Arrazka."

Raina mengernyitkan alis heran.
"Bunda? Sejak kapan Bundaku menjadi Bundamu juga?"

"Ah, saya tidak boleh memanggil Bunda?"

"Boleh! Raina ini kamu kayak anak kecil aja!"

"Nanti kalau jadi menantu juga panggil Bunda, toh?"

"HAH?!" pekik kaget semuanya serempak.

"Baik, Bunda mertua."

Di tengah semua orang sedang tercengang denga ucapan Bunda, Zevan dengan santainya mengambil kesempatan untuk merebut hati Bunda Raina.

Leon yang malang, selain tidak bisa merebut hati anaknya, ternyata ia juga tidak bisa merebut hati Bundanya.

"Sialan," umpatnya.

"Menantu apaan sih Bunda?! Enggak ah!" rengek Raina.

Di tengah keadaan seru Bunda yang menggoda anaknya, pintu rumah Raina terbuka, namun tak ada yang menyadari akan hal itu.

"BUNDA!!! RARA CANTIK PULANG!!!"

Serentak mata semua anak adam di ruangan tertuju pada arah pintu rumah, dan terlihat dengan jelas Rara yang tengah membeku diam mencoba mencerna keadaan yang sedang terjadi di rumahnya.

Dari ujung sofa itu Bian, oke Rara sudah kenal.

Di samping Bian,  ada Bara, dan Rara juga mengenal Bara, barista cafe tampan itu kan, tetangga Raina juga.

Di samping Bara, ada Zevan. Rara juga mengenal Zevan, tapi ia tidak pernah menyangka akan bertemu aktor terkenal ini secara mendadak, di rumahnya pula.

Di samping Zevan , ada... Leon?

Sebentar? LEON DAVIN?!

"Apa ini miskah?" lirihnya menganga tak percaya.

Raina menyilangkan pahanya bergaya. "Lihatlah Kak! Aku yang kau ejek sebagai beban keluarga kini membawa empat lelaki tampan ke rumah!" ujarnya begitu bangga akan kerja kerasnya meluluhkan keempat pangeran es.

Ternyata ada untungnya juga keempat tetangganya ikut dengan Raina, hitung-hitung untuk dipamerkan.

Rara masih tercengang, namun Leon tersenyum ke arahnya. Senyuman yang bisa membuat jantung Rara meleset ke lambung.

"LEON!!!" Akhirnya jeritan itu tidak bisa tertahan.

Bian menghela kesal, niat hati ingin menemui Rara tapi sang gadis justru antusias melihat lelaki lain, salah apa Bian?!

"Leon, boleh aku meminta tanda tanganmu?!" Rara menghampiri Leon exited.

Leon mengangguk semangat.
"Tentu Kak!"

Senyuman Rara pudar seketika karena mendengar kata ' Kak ' dari mulut Leon. Ia jadi merasa tua.

"Hahaha, kakak! Ternyata seorang Rara maheswari sudah tua rupanya!" goda Raina sang adik.

"Jangan memanggilku Kak! Aku seumuran dengan Bian!" rajuk Rara mengerucutkan bibir.

Leon menggaruk tengkuk lehernya canggung merasa bersalah. "Maaf, Rara...."

"Tidak apa karena kau tampan!" Senyuman Rara mekar kembali.

Bian terkekeh melihat persamaan Raina dan Rara, bila ia mengingat saat pertama kalinya Raina mencoba masuk di kehidupannya, saat gadis itu berpura-pura menangis lalu tertawa sedetik setelahnya, ternyata mereka mirip di bidang ini.

"Ngomong-ngomong ini semuanya temannya Raina makasih ya udah jagain anak tante dan baik sama anak cerewet ini," ujar Bunda membuat Raina terkekeh.

"Astaga bunda tidak tahu saja saat pertama kali aku pindah kesana!"

Mengungkit hal itu membuat wajah Zevan memucat seketika, jangan sampai Raina membuat ia mendapat nilai minus dari Bunda Raina karena tidak ramah pada anaknya.

"Memangnya kenapa?" Bunda penasaran.

"Oh iya mengungkit soal ini saya mau minta maaf sama Bunda," ucap Zevan tiba-tiba.

"Minta maaf soal apa nak?"

"Karena tidak terlalu ramah pada Raina, karena saya sendiri tinggal di apartemen untuk bersembunyi dari publik dan saya agak khawatir tiba-tiba gadis ceria seperti Raina datang menjadi tetangga saya,"

"Jadi saya minta maaf karena tidak terlalu baik awalnya pada Raina," tambah Zevan lagi berlagak sok bijak.

Raina menahan tawa. "Kenapa kau mendadak serius?!"

Bunda mengangguk paham. "Ya Nak Zevan, Bunda paham kok!"

Leon mendengus malas, bisa saja si kutu kerbau mengambil hati calon mertua.

"RAINA!! AYAH PULANG!"

....

TBC.

Halo Tetangga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang